Mohon tunggu...
Joseph Osdar
Joseph Osdar Mohon Tunggu... Jurnalis - Wartawan

Lahir di Magelang. Menjadi wartawan Harian Kompas sejak 1978. Meliput acara kepresidenan di istana dan di luar istana sejak masa Presiden Soeharto, berlanjut ke K.H Abdurrahman Wahid, Megawati, SBY dan Jokowi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Basarah, Franky, dan Bung Karno

17 Juni 2020   18:33 Diperbarui: 18 Juni 2020   12:01 693
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wakil Ketua MPR Ahmad Baskara dan Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri dalam acara sidang paripurna kenegaraan MPR DI kompleks parlemen Senayan, Jakarta, 16 Agustus 2019

Linangan air mata Mega

Kebetulan sekali dalam penutup pidato kebangsaan memperingati hari lahirnya Pancasila 1 Juni 2011, di Gedung Nusantara  IV, kompleks parlemen Senayan Jakarta, Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri menyebut nama almarhum Franky Sahilatua denga menahan tangis.

"Sebelum mengakhiri pidato ini, saya ingin menyampaikan sedikit cuplikan lagu yang begitu indah, yang disampaikan (almarhum) Franky Sahilatua, sahabat saya, dalam syair Pancasila Rumah Kita," demikian kata Megawati dalam acara yang dihadiri Ketua MPR RI (waktu itu) HM Taufiq Kiemas, Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, Presiden RI ke-3 BJ Habibie.

Pancasila rumah kita / rumah untuk kita semua / Nilai dasar Indonesia / rumah kita selamanya  
Untuk semua keluarga menyatu / untuk semua saling membagi. 
Pada setiap insan / sama dapat....sama rasa ......oooh Indonesiaku.

Ketika mengakhiri pembacaan  syair ini, yaitu pada kalimat akhir, oooh Indonesiaku, suara Megawati tersendat menahan tangis. Tapi dengan cepat ia mengatakan; "Selamat Memperingati 66 tahun lahirnya Pancasila. Terimakasih, Wassalammuailikum Wr wb. Merdeka!!!!

Pidato Megawati ini dimuat secara lengkap dalam buku Historitas dan Spiritualitas PANCASILA - Refleksi Peringatan 67 Tahun Hari Lahir Pancasiala yang diterbitkan oleh Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan MPR-RI, Juni 2012. 

Editor dari buku ini adalah Yasonna H.Laoly (sekarang Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia ) dan Ahmad Basarah. Pengarah dari buku ini adalah Tjahjo Kumolo (sekarang Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia) dan Puan Maharani (kini Ketua DPR).

Almarhum Franky Sahilatua, sejauh saya ingat untuk pertamakali melantunkan lagu dan syair ciptaanya itu di Ende, Flores, tempat Bung Karno pernah dibuang oleh Pemerintah Kolonial Belanda, tahun 1934 - 1939.

Perang dengan Covid-19

Ahmad Basarah, sebagai salah satu Wakil Ketua MPR, melakukan kegiatan di gedung kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, baru-baru ini. (Dok. Pribadi)
Ahmad Basarah, sebagai salah satu Wakil Ketua MPR, melakukan kegiatan di gedung kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, baru-baru ini. (Dok. Pribadi)
Kembali ke Juni bulan istimewa.  Ahmad Basarah dalam pembicaraan hari Senin 15 Juni 2020 lalu, tidak membahas soal sosok Soeharto, Habibie dan Jokowi. Ia lebih fokus pada Bung Karno dan kewaspadaan menghadapi serbuan virus corona saat ini.

"Penyerbu ini adalah musuh yang tidak kelihatan, jadi sulit sekali. Keluar dari rumah kita sudah harus siap tempur, pakai masker dan tidak berjabat tangan dan mengambil jarak bila ketemu orang yang kita kenal maupun tidak," ujar pria yang kedua orang tuanya berasal dari Tegal, Jawa Tengah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun