Mohon tunggu...
oscha Ch Azami
oscha Ch Azami Mohon Tunggu... writer -

Bercita-cita ingin jadi presiden dan kalau mati masuk sorga

Selanjutnya

Tutup

Politik

Renungan Sang Pertapa

2 Desember 2015   23:07 Diperbarui: 2 Desember 2015   23:42 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

1

aku lari dari bingar pesta para penjudi

menarik taruhan dan memilih bertapa

mengunci setiap pintu dan jendela

mengisolasi diri dalam benteng pertahanan

bagai dalam goa di puncak gunung

sekedar mengintip konser demokrasi

dari setelit internet yang bocor

manusia tak ubahnya hewan di hutan

para petinggi partai saling menerkam

bertengkar berebut wilayah dan isi perut

 

raja-raja akan terus lahir datang dan pergi

silih berganti, kenapa hidup membutuhkan

sosok pemimpin untuk melaksanakan titahnya

pikiran menjadi buntu pandangan gamang

kitab-kitab suci tak dihiraukan lagi

walau kesuciannya tidak akan terkotori

setitik pun oleh berhala-berhala abad kini

dunia memasuki kegelapan dan cahaya

akan dirindukan tapi dalam terang benderang

kitab undang-undang jadi membingungkan

bagi orang-orang buta semuanya tak penting

 

2

halaman terakhir kitab sunyi

sampai pada satu pertanyaan

kenapa harus lahir ke bumi

sendirian lalu pulang sendiri

benarkah sekadar mencari rusuk

dari tulang iga yang kurang

lalu membawa pulang padamu

kalau demikian bagaimana nasib

rusuk-rusuk yang tak ditemukan

atau yang tertukar

betapa sia-sianya sang pencipta

mengirimku ke bumi

karena aku ingin mencuri rusuk

yang dimiliki orang lain

hingga setiap waktu adalah penantian

sebuah kitab kesedihan

yang musti dituntaskan

 

halaman terakhir kitab sunyi, hilang

mungkin gugur seperti daun-daun

atau jatuh atau ada yang nyuri

aku pun menerka-menerka

mencari jawab akhir dari kitabmu itu

sebagai rusuk yang hilang

 

3

apakah tangan ini bisa berbuat adil

seperti air hujan yang dikirim tuhan

 

apakah tangan ini bisa mengayomi

setiap nyawa yang ada seperti matahari

 

apakah tangan ini bisa memayungi

wajah-wajah di bumi seperti langitmu

 

tidak akan pernah bisa

menjangkau yang diluar kuasamu

 

jadikan aku sekerat roti

bagi perut-perut yang kelaparan

 

jadikan aku setets air

bagi kerongkongan yang kehausan

 

jadikan aku teman bicara

kala orang-orang pergi meninggalkanmu

 

walau hanya puisi

menahanmu tidak bunuh diri

 

walau hanya puisi meredakan depresimu

menahan syarafmu agar tidak putus

 

walau hanya puisi

menjadi tangan lembut menuntunmu

 

ke altar jiwa

 

4

apakah satu abad lagi kotamu masih ada

aku menatap menara-menara itu tenggelam

tanggul-tanggul rebah lalu jalan-jalan layang

hanyut diseret arus dan kota menjadi mati

 

keangkuhan telah ditanam

kelak buah zaman akan dituai

proyek-proyek raksasa itu untuk apa

apakah akan sampai dzikir akalmu

 

pada kekuatan untuk mengelak titah semesta

aku pun menelan ludah, tapi bukan mencibir

teknologi atau merendahkan universitasmu

mimpimu tentang sorga tak akan usai

 

kotamu mati

 

5

sebelum habis energi dan dunia dipaksa untuk berubah

apakah bumi pernah bangkrut dan Tuhan merubah kebijakan

beribu tahun tak terhitung air tidak pernah hilang melainkan

yang terjadi ada ketidak adilan

sepanjang kehidupan makanan tak pernah habis melainkan

terjadi ketimpangan akibat keserakahan

negara boleh bangkrut, Amerika dan sekutunya boleh bangkrut

tapi kehidupan tidak akan pernah bangkrut

Tuhan selalu ada cara membuat keseimbangan di bumi

bahkan di jagat semesta dan manusia selalu saja berbuat ulah

yang bikin alam murka

lalu akal sehat ini untuk apa bila terkalahkan oleh nafsu

dan menjadikan Iblis sebagai panglima

 

aku tidak sedang berdagang denganmu, mengharap untung

segala cinta dan penerimaan ini yang menundukanku

pada pilihan paling sunyi sebuah perjalanan jauh tapi singkat

aku pun singgah disini; di tanah tempat segala gerak minta

dituliskan tentang pertengkaran dan perang, wahai kegaduhan

dari sunyi kembali kesunyi dari bunyi ikut bernyanyi

dan dunia tempat tamasya yang singkat tak banyak meminta

kecuali ingin mengantarmu pulang dengan sukacita

sekedar bertapa seperti kupu-kupu aku pun musti pulang

dan terbang dengan sayap paling indah, Tuhan beri aku sayap

malaikat yang tak ternoda tak terkotori.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun