Mohon tunggu...
Oscar
Oscar Mohon Tunggu... Arsitek - Bukan siapa-siapa!

Penulis Amatir, temukan saya di https://www.accubebe.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anakku Naburju, Anak Hasian Hu Brigadir Josua, SH

23 Agustus 2022   14:38 Diperbarui: 23 Agustus 2022   15:24 771
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika di lihat dari layar kaca,  Derai air mata selalu menetes dan mengalir di pipi Ayahanda Brigadir J. Dan mencium ijazah anaknya sediri yang sudah meninggal itu. Rasanya rapuh sekali melihatnya. 

Lagu ini memang punya makna yang mendalam, dimana lagu ini sebagai  bentuk pesan dan  sekaligus doa dari orang tua yang mengharapkan kepada anak-anaknya agar menjadi yang baik, saling tolong terlebih terhadap saudara nya. Dan yang terpenting, pesan dari lagu ini supaya anak-anaknya  tidak lupa selalu berdoa meskipun sudah besar nantinya.

Tapi harus di nyanyikan saat  prosesi Wisuda anak dari Bapak Samuel Hutabarat  yang sudah pergi selama-lamanya. Ini yang membuat hati Bapak Samuel semakin rapuh dan tersayat. 

Apalagi pas di Pertengahan lagu yaitu pada Reff nya dimana Bapak Samuel Hutabarat semakin terlihat hatinya makin tersayat. Dan Ijazah anaknya tersebut semakin beliau pegang erat. Dan mencium lembaran ijazah itu, sesekali juga mengusap Air matanya. Beliau seakan mencium "aroma tubuh jerih payah" anaknya untuk bisa sampai lulus dan gelar Sarjana Hukum (SH)

Ipe amang hasianku anakku naburju

Pagomosma tangiangmi tumula jadi naboloni

Anggiat ma ture sude hamu pinompar hi amang

Marsiamin aminan marsitukoltukolan

Songon suhat di robean i

Sungguh memang sangat mengharukan pada prosesi wisuda itu, saya pun ikut larut sedih dan meneteskan air mata ketika lantunan pada reff "Anakku Naburju" tersebut.

Bagaimana tidak, Anak pertama mereka tidak bisa lagi dapat menolong para adik-adiknya dan tentu bukan lagi sebagai pengganti Bapaknya sendiri ketika beliau (Samuel Hutabarat dan Ibu nya)  sudah menua di kemudian hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun