Jika di lihat dari layar kaca, Â Derai air mata selalu menetes dan mengalir di pipi Ayahanda Brigadir J. Dan mencium ijazah anaknya sediri yang sudah meninggal itu. Rasanya rapuh sekali melihatnya.Â
Lagu ini memang punya makna yang mendalam, dimana lagu ini sebagai  bentuk pesan dan  sekaligus doa dari orang tua yang mengharapkan kepada anak-anaknya agar menjadi yang baik, saling tolong terlebih terhadap saudara nya. Dan yang terpenting, pesan dari lagu ini supaya anak-anaknya  tidak lupa selalu berdoa meskipun sudah besar nantinya.
Tapi harus di nyanyikan saat prosesi Wisuda anak dari Bapak Samuel Hutabarat  yang sudah pergi selama-lamanya. Ini yang membuat hati Bapak Samuel semakin rapuh dan tersayat.Â
Apalagi pas di Pertengahan lagu yaitu pada Reff nya dimana Bapak Samuel Hutabarat semakin terlihat hatinya makin tersayat. Dan Ijazah anaknya tersebut semakin beliau pegang erat. Dan mencium lembaran ijazah itu, sesekali juga mengusap Air matanya. Beliau seakan mencium "aroma tubuh jerih payah" anaknya untuk bisa sampai lulus dan gelar Sarjana Hukum (SH)
Ipe amang hasianku anakku naburju
Pagomosma tangiangmi tumula jadi naboloni
Anggiat ma ture sude hamu pinompar hi amang
Marsiamin aminan marsitukoltukolan
Songon suhat di robean i
Sungguh memang sangat mengharukan pada prosesi wisuda itu, saya pun ikut larut sedih dan meneteskan air mata ketika lantunan pada reff "Anakku Naburju" tersebut.
Bagaimana tidak, Anak pertama mereka tidak bisa lagi dapat menolong para adik-adiknya dan tentu bukan lagi sebagai pengganti Bapaknya sendiri ketika beliau (Samuel Hutabarat dan Ibu nya) Â sudah menua di kemudian hari.