"Our ability to reach unity in diversity will be the beauty and the test of our civilization."Â
--- Kemampuan kita untuk mencapai kesatuan dalam keberagaman akan menjadi keindahan dan ujian peradaban kita.
Kata - kata di atas adalah kata - kata yang diucapkan Mahatma Gandhi. Quote ini punya makna yang indah, karena di situasi dunia seperti sekarang, kesatuan sangat diperlukan. Masalahnya, perdamaian dunia cukup terancam saat ini. Peperangan, konflik, kebencian atas dasar SARA. Hal - hal tersebut masih menjadi tantangan bagi dunia sekarang.Â
Untungnya, Indonesia adalah salah satu negara yang mendukung persatuan. Persatuan ini didasari luasnya keberagaman yang ada di Indonesia kita tercinta ini. Dengan banyaknya suku, budaya, ras, golongan, bahkan keindahan alam, semua hal ini lebih baik dijadikan kekuatan ketimbang kelemahan. Maka sebagian besar masyarakat di Indonesia mendorong terciptanya persatuan ini.Â
Salah satu pelaksana hal ini adalah Kolese Kanisius. Kolese Kanisius, sebagai institusi pendidikan yang sudah berdiri sejak tahun 1927, tentu memikirkan bagaimana caranya agar siswa yang didiknya dapat melestarikan keberagaman budaya yang ada di Indonesia. Tentu ada banyak kegiatan pembangunan karakter yang diimplementasikan.Â
Ekskursi. Istilah untuk kegiatan "pertukaran budaya" antara siswa Kanisius dengan santri dan santriwati berbagai pesantren di Indonesia. Selama tiga hari dan dua malam, siswa - siswa Kanisius dikirim untuk tinggal di berbagai pondok pesantren yang berbeda - beda, dan hidup bersama para penghuninya.Â
Pesantren, 'Asrama Islam'. Bukan hanya tempat belajar, tapi juga merupakan tempat pembangunan karakter. Selama tiga hari yang singkat ini, ada banyak sekali hal yang didapat, yang dipelajari, dan yang ditemukan dari pertukaran budaya ini. Dengan tema 'Embrace, Share, and Celebrate Our Faith', Para Kanisian (Siswa Kolese Kanisius) didorong untuk mempelajari hal baru dari situasi sekitarnya, yang jauh berbeda dengan kesehariannya di Kanisius. Dari lokasinya saja, para Kanisian dibawa jauh dari tempatnya sehari - hari di Menteng Raya 64. Hal ini dilakukan untuk menjauhkan pikirannya dari kebiasaan sehari - harinya.Â
Dinamika di pesantren - pesantren yang didatangi para Kanisian tentu berbeda satu dengan yang lainnya. Ada yang menyenangkan, yang sedih, yang kecewa, tidak ada yang tahu apa yang dirasakan masing - masing Kanisian. Tapi semua dari mereka tentu mendapat pengalaman yang berguna di hidupnya. Itulah tujuan utama dilaksanakannya kegiatan ini.Â
Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang memiliki peran penting dalam membentuk generasi yang berakhlak mulia dan berilmu. Di pesantren, para santri tinggal di pondok atau asrama, menciptakan lingkungan belajar yang disiplin dan sederhana.Â
Kehidupan bersama ini tidak hanya mendidik dalam aspek intelektual, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebersamaan, tanggung jawab, dan kemandirian. Pesantren dipimpin oleh seorang kyai atau ustadz yang berperan sebagai pendidik dan pembimbing spiritual, sekaligus menjadi teladan bagi para santri.Â