(Sisi balik kasus Sonya E Depari)
Sonya Ekarina Sembiring menjadi "artis" dadakan di jagat Dunia Maya, berbagai komentar menghampiri akun IG-nya, mukanya menghiasi Headline media lokal maupun nasional, wajah cantiknya terpampang jelas di situs berita online, bahkan "Meme" nya sudah bermunculan di media sosial
Tentu kemunculan Sonya, bukan saja Karena prestasinya tetapi dia dikenal Karena kearogansiannya terhadap Polwan yg menertibkan mereka saat Konvoi di jalanan, dikenal karena menunjuk-nunjuk Polisi.
Dikenal karena wanita cantik asal Medan ini mencak mencak saat Polisi menghentikan konvoi mobil(coret-coret selesai UN), mengancam Polisi, mencatut nama Irjen Polisi. Dan kearogansiannya dikeluarkan seketika serta mengaku anak Dari petinggi POLRI. #ehhh...
***** *****
Sikap arogansi seperti yg di lakukan oleh Sonya ini, bukan yang pertama kali terjadi di Indonesia, banyak kasus diluar sana yg secara lantang melawan Polisi dengan sikap yg tak patut dipuji. Pelaku lalu lintas melawan Polisi dengan berbagai cara asal bebas Dari "sergapan" nya. Tak perlu pusing-pusing memikirkan siapa saja yg melakukan perlawanan saat di tertibkan, Anda sendiri, kita, saya Dan Om kamu,semua punya arogansi saat di tertibkan oleh Polisi.
Kearoganisian dijalan raya setiap Hari bisa temukan, melanggar traffic, melawan arah, tidak menggunakan Helm Dan lain sebagainya.
Namun, saat pihak berwajib menindak kita, kita bahkan juga mencak-mencak, memaki dalam hati Dan paling kotornya adalah siapkan sogokan ke Pihak berwajib. Itulah sikap berlalulintas kita.
Tapi saat kasus Sonya muncul kita lupa bahwa kita juga sering melakukan pelanggaran dijalanan (walaupun sebenarnya kasus Sonya di"blow up hanya Karena Pencatutan nama Irjen Pol Arman Depari). Namun, dibalik itu ada satu sisi (sisi balik) yg perlu kita pelajari Dari kasus ini l, bahwa perlunya kesadaran utk berlalulintas, perlunya kesadaran bahwa dijalan itu banyak hal yg bisa mengancam nyawa. Beruntung loh…ada Polisi mengingatkan “sayangi nyawa Dan keluarga Mu.
Munculnya kasus Sonya ini, di sinilah momentum untuk flash back cara berlalulintas kita. Apakah sudah sesuai aturan ?Apakah sudah baik? Dan apakah kita juga langsung mengakui kesalahan jika pihak berwajib melakukan penertiban? Atau jangan-jangan kita juga mencatut nama-nama Keluarga yg bertugas di Kepolisian atau TNI!!! Asal bebas dari “sergapan” Polantas.. ! Hmmmm…ntahlah itu. Tetapi yg jelas banyak yg sama seperti Sonya!!! Hanya saja Sonya kena sorot Tribunnews.
**** *****
ETIKA BERLALU LINTAS!
Aturan memang dibuat dibuat untuk ditaati, bukan untuk dilanggar. Begitu juga dengan etika. Disebut pelanggaran etika berlalu lintas apabila seseorang itu tidak mematuhi etika berlalu lintas yang telah ditentukan. Etika berlalu lintas diciptakan untuk mengatur pengemudi agar tercipta keteraturan dalam berlalu lintas. Dan mengurangi tingginya angka kecelakaan. Namun apabila semakin tinggi angka pelanggaran, maka akan tinggi pula angka kecelakaan. Pelanggaran etika dapat berakibat fatal diantaranya tingginya angka kecelakaan yang menimbulkan kerugian yang tidak kecil. Berdasarkan fakta kecelakaan yang terjadi kebanyakan bisebkan akibat pelanggaran etika berlalu lintas.
Sekarang ini banyak emang pelajar belum cukup umur yang mengendarai kendaraan bermotor sendiri( mengingatkan Sonya Dan teman temannya adalah Pelajar) dan mereka belum mengetahui etika belalu Lintas.
Sehingga banyak kejadian kecelakan yang melibatkan pelajar dibawah usia. Yang seharusnya dalam Undang-Undang tertulis bahwa usia minimal untuk mengendarai kendaraan bermotor adalah 17 tahun. Ini dikarenakan pelajar dibawah usia 17 emosinya masih labil, lebih mementingkan egonya dan tidak mau mengalah. Ini sangat berbahaya apabila mereka berkendara, pasti akan ugal-ugalan, balapan dengan kendaraan lain hanya ingin di puji oranglain.
Tak hanya dalam usia 17 tahun atau pelajar, yg sudah dewasa saja(seperti kita) banyak melakukan kesalahan di jalanan. Seperti Cara mengemudi, membelok, memarkir, berpapasan dngan kendaran lain, sabuk pengaman, helm Dan lain sebagainya. Bahkan Rambu lalu lintas yang kita temui dijalan hanya kita anggap sebagai Ornnamen untuk memperindah kanan kiri jalan. Padahal keberadaanya sangat penting, bukan hanya sekedar mengganti eksistensi petugas polisi saja. Karena bisanya pengendara dijalanan hanya patuh saat ada petugas yg menentukan di jalanan, namun saat tidak ada, kita menganggap itu sekedar ornamen.
Masyarakat kita memang kurang sadar atas etika-etika dalam berlalu lintas. Apabila ini terus berlanjut maka angka kecelakaan akan terus meningkat. Dengan demikian sangat diperlukan pengintegrasian pendidikan etika berlalu lintas. Karena penyampaian materi etika berlalu lintas juga sangat penting untuk keselamatan dalam berlalu lintas.
Mari berbenah, Mari untuk sadar atas pentingnya nyawa atas pentingnya etika Berlalu Lintas. Beruntung sekali looh ada Polisi yg mengingatkan kita bahwa sanyangi nyawa mu Dan sanyangi Keluarga Mu.
****
Inilah sisi balik Dari kasus Sonya E Sembiring, kita terlanjur menghujat dia, mem”bully” dia, namun kita lupa bahwa sisi balik Dari kasus Sonya adalah Apakah kita sudah mematuhi aturan lalu Lintas? Apakah etika berlalu Lintas kita sudah bagus? Sudah sesuaikah???? Sudahkah menghargai pengendara lain? Sudahkan menghargai Polisi yg bertugas di jalanan? Sudahkah? Sudahkah? Sudah kah? Ah…sudahlah…!
*******
Mari tertib Berlalu Lintas!
Salam Amatiran…
"Jadilah Pelopor keselamatan Berlalu Lintas"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H