Aku serius dengan tugas perencanaan drainase yang sedang aku kerjakan, ketika tiba-tiba aku dikagetkan oleh dering hp aku.
"ning-nung",...
"ning-nung",...
"ning-nung",...
Anggap saja berbunyi seperti itu...
Aku masih saja tetap serius dengan pekerjaan yang sedang aku kerjakan. Namun karena rasa ingin tahu aku tentang hp yang berbunyi tadi, dengan langkah yang dipaksakan, kuberjalan mendekati sumber suara dimana hp itu berbunyi.
"Astaghfirullah,..." aku beristighfar dalam hati seketika, setelah mengetahui ternyata "Dia" telah membaca pesan yang ku kirim ke E-mail nya lewat akun FB aku, dan bersedia untuk membalasnya. Namun aku sedikit merasa lucu, bagaimana tidak..., balasan dari pesan E-mail yang ku kirimkan ke "Dia" bunyinya seperti ini :
"jika anda cerdas, menulislah. bukan dengan cara menyerang personal seseorang. amat terbaca, dari cara anda memberi komentar, cara anda menulis huruf-huruf yang dipadukan dengan huruf kecil dan besar, jelas terlihat IQ anda jongkok. anda aepertinya penganut paham nasrsistik etnik. wah, sayang sekali hari begini, sudah tak zaman sekali seperti itu. salam erni aladjai"
"Mengapa aku bilang lucu...?"
"Dia" merasa bahwa dengan aku mengirimkan pesan ke Inboxnya berarti aku lantas dikira mau menyerang dirinya atas apa yang sudah dilakukannya dalam menulis sebuah catatan kecil disebuah situs internet (Kompasiana red), dalam catatan "SEKOLAH TAK BERGURU" . Lucunya "Dy" merasa diri sebagai orang pintar, namun tidak bisa mengartikan tindakan yang aku ambil setelah membaca tulisannya itu. Aku sih merasa itu sebagai suatu tindakan yang wajar-wajar saja dilakukan oleh orang-orang seperti aku yang merasa harga diri dan martabat kampung halamannya di "Injak-Injak" oleh orang bodoh seperti "Dia".
Kalau memang "Dia" memiliki taraf kecerdasan lebih dari aku, "Dy" seharusnya tidak menulis seperti itu,..
Sadar diri sajalah, kalau memang yang ditulisnya itu tidak bisa dibuktikan dengan sesuatu yang bisa dilihat oleh orang banyak secara langsung, sehingga bisa membenarkan apa yang dikatakannya itu memang benar, yaaaah lebih baik NGAKU SALAH aja lah,....
Lebih lucunya lagi, "Dia" kan membalas pesan dari aku pake akun FBnya, namun setelah Aku bergegas Online ke FB.
"Eeeh, tau-taunya Akunnya dia sudah ditutup..."
"Wooooi Erni Aladjai,..."
"Dimana Rimbamu,....??? "
Satu lagi yang mambuat aku semakin merasa lucu, "Dia" mengatakan aku sabagai seorang penganut paham Narsistik Etnik, Dia itu ngomong sok Akdemis, namun mungkin tidak tau apa-apa. Aku rasa semua orang pasti akan melakukan suatu respon yang sama seperti aku, bila harga diri dan martabat kampung halamannya dihina dan direndahkan oleh orang lain. Hal seperti ini lebih berarah pada suatu tindakan cinta tanah air, tidak berarti harus dikatakan sebagai sesuatu yang berarah pada paham narsistik etnik.
Aduuuh kasihan sekali "Dy"...
Mungkin dia saja yang menganggap dirinya lebih baik dari orang lain...
Beginilah sikap orang yang ngakunya tahu banyak, padahal pengakuannya itu hanya sebagai penutup atas siapa sesungguhnya "Dia"....
Hahahahahahaha, Lucu banget...... :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H