Mohon tunggu...
Joshua Viencent Tandibrata
Joshua Viencent Tandibrata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar SMA

Manusia biasa, makan nasi dan butuh tidur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Tanggapan: Teka-Teki Anekdot Gus Dur

18 Mei 2023   15:37 Diperbarui: 18 Mei 2023   15:43 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur. Sumber Ilustrasi: Jakarta Insider

Dari artikel Merindukan Sosok Pemimpin Humoris, hal yang menarik bagi saya adalah pribadi Abdurrahman Wahid yang kritis dan teknik yang dipakai beliau dalam menyampaikan anekdot yang penuh dengan teka-teki. Abdurrahman Wahid atau yang hangat disapa Gus Dur adalah Presiden Republik Indonesia ke-4 yang menjabat dari tahun 1999 - 2001. Gus Dur sebagai tokoh pemimpin bangsa yang humoris memang menjadi sebuah keunikan tersendiri bagi orang-orang. Gus Dur mampu mengemas pengalaman-pengalaman pribadi semasa hidupnya untuk menginspirasi dan memberikan pembelajaran bagi para pendengarnya. Sebuah petuah dari tokoh Bangsa yang berani membuka kebobrokan Negara yang dipimpinnya. Tidak jarang pengalaman tersebut dikemas dalam sebuah cerita yang mengkritik dengan cara sopan dan menghibur. Tidak jarang pula, cerita tersebut mendatangkan kritik dan menimbulkan kontroversi di tengah masyarakat. Ada yang mengatakan itu adalah ujaran kebencian, sebuah cemooh, pencemaran nama baik. Tetapi mereka tidak sadar bahwa tujuan sebenarnya adalah untuk merefleksikan seluruh daya upaya yang kita lakukan. Teks anekdot yang diberikan oleh Gus Dur merupakan cara beliau untuk menanggapi berbagai  macam masalah seperti teks anekdot Gus Dur mengenai intelijen yang tidak bisa membedakan antara doa dengan perbincangan. Kemendalaman harus diambil sebagai sebuah cara untuk membangun dan memperbaiki keadaan.

Definisi teks anekdot adalah sebuah teks yang bertujuan untuk mengkritik ataupun menyindir suatu pihak ataupun kondisi tertentu. Teks tersebut umumnya dibawakan dengan cara yang lucu dan mengundang tawa, tidak lupa terdapat pesan mendalam di dalamnya. Gus Dur cenderung menggunakan teks anekdot sebagai media kritik dan berbanding lurus sebagai pesan sindiran. Teks anekdot ini dijadikan sarana untuk menyindir dan mengkritik berbagai permasalahan di Indonesia, terutama kepada pemerintah saat itu. Kritik dan sindiran ini akibat dari ketidakpuasan rakyat terhadap performa pejabat pemerintahan yang seharusnya melayani rakyat dengan sungguh-sungguh, tetapi kenyataannya hanya memperkaya diri sendiri. Tidak berhenti hanya pejabat pemerintahan saja, teks ini juga digunakan untuk menyindir institusi kepolisian melalui cerita Jenderal Hoegeng, polisi tidur, dan patung polisi. 

Berikut ini adalah teks anekdot dengan mengambil gurauan Gus Dur mengenai tiga Polisi jujur yang kemudian akan saya analisis sebagai tanggapan. Teks tersebut ditulis oleh Joshua Viencent Tandibrata dan diberi judul:

"UANG SAKU"

Motor itu melaju kencang, seakan membelah jalanan yang sepi. Motor berjenis Ninja itu dikendarai oleh seorang pria dengan tubuh elegan, berdasi rapi, dan bersepatu kulit. Di putaran jalan, terdapat Pak polisi yang sedang melakukan razia kendaraan bermotor. 

Pak Polisi: "Selamat Pagi Pak, kami dari Korlantas Polri sedang melakukan razia kendaraan".

Sementara pemotor itu:

  • Salah saya dimana?

  • Helm udah!

  • Surat-surat lengkap!

  • Apa kurang sesuatu ya?

Pak Polisi: "Mohon diperlihatkan surat-suratnya"

Pemotor: "Ini Pak, surat-surat saya lengkap semua mulai dari SIM, STNK, BPKB".

Pak Polisi: "Bapak tadi sempet ngebut di jalan yang bisa membahayakan keselamatan bapak sendiri dan orang lain. Itu termasuk pelanggaran lalu lintas Pak.... Saya buatkan surat tilang ya Pak!"

Pemotor: Wah jangan Pak! Gini deh... Ini uang saku buat bapak dan keluarga. Saya ga akan ulangi lagi kok"

Pemotor itu merogoh dompetnya dan mengeluarkan uang seratus ribu sebanyak tiga lembar dan memberikannya ke Bapak Polisi. Pak Polisi tersebut menerima uang tersebut dan berkata "Sebenarnya saya harus menilang Bapak, cuman karena saya baik, saya berikan bapak kesempatan", sambil melipat uang pemberian pemotor itu dan menyelipkannya di antara rompinya.

Pemotor: "Sekarang saya sudah boleh pergi? Saya buru-buru nih Pak!"

Pak Polisi: "Hati-hati di jalan Pak!"

Tanpa menengok ke belakang, pemotor itu segera menancap gas dan pergi ke tempat kerjanya. Sesampainya di tempat kerja, pemotor itu memarkirkan motornya dan berlari memasuki lift dengan terburu-buru. Waktu saat itu menunjukkan pukul 07.57 pagi dan beruntungnya, pemotor tersebut sampai tepat waktu di ruang kerjanya.

Lim: "Tumben lo datengnya mepet banget. Biasanya lo rajin bet!".

Pemotor: "Weh Lim, tau ga, tadi gue sempet ditilang sama Polisi loh!"

Lim: "Waduh... untung lo ga telat! EH tunggu dulu! Gimana caranya lo bisa lolos?"

Pemotor: "Biasa lah... Gue cuma ngasih uang saku aja kok".

Lim: "HAH?? UANG SAKU?"

Pemotor: "Iyaaa"

Lim: "Oooo pantesss... Tapi ko bisa ya aparat penegak hukum kayak gitu?"

Pemotor: "Ya mau gimana lagi... kan hanya ada tiga polisi yang jujur: Pak Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur"

Pada teks anekdot di atas, fungsi dominan yang paling menonjol adalah sebagai media kritikan dan sindiran. Teks tersebut mengkritik institusi polri sebagai pengayom masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari kutipan kalimat "Ya mau gimana lagi... kan hanya ada tiga polisi yang jujur: Pak Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur". Cerita mengenai tiga Polisi Jujur ternyata masih relevan sampai saat ini dimana bisa kita temui banyak anggota kepolisian yang memanfaatkan "lencana"-nya untuk memeras, menakut-nakuti, dan melakukan pungutan liar terhadap masyarakat. Gus Dur membandingkan Jenderal Hoegeng yang terkenal akan aksi kejujurannya, patung polisi, dan polisi tidur yang merupakan benda mati dengan Polisi di Indonesia. Dari analogi tersebut, terlihat bahwa Polisi di Indonesia mudah untuk disuap. Sikap tersebut juga bisa mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap polisi menjadi rendah. Kritik dan sindiran juga bisa dijadikan bahan refleksi bagi para anggota kepolisian Indonesia untuk segera melakukan pembenahan di tubuh polri.

Kutipan dari teks yang mengatakan bahwa hanya terdapat 3 polisi jujur yakni Pak Hoegeng yang merupakan kapolri, patung polisi, dan polisi tidur ternyata bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi bertujuan untuk membangun dan di sisi lain bisa mendatangkan kontroversial di tengah masyarakat. Pihak oposisi yang tidak senang dengan Gus Dur memanfaatkan peristiwa ini untuk menjatuhkan Gus Dur dengan mengatakan bahwa Gus Dur menghina institusi Polri, menyebarkan ujaran kebencian, dan lain sebagainya. Bahkan seorang pemuda asal Maluku sempat diamankan aparat kepolisian setelah mengutip guyonan Gus Dur mengenai 3 polisi jujur di media sosial. Dari kejadian ini, masyarakat menganggap bahwa institusi Polri itu anti kritik dan tidak profesional dalam menjalankan tugasnya.

Dari pembelajaran mengenai teks tanggapan, saya belajar bagaimana menanggapi dan memberikan saran akan suatu karya secara terstruktur dan terarah sehingga tanggapan yang diberikan merupakan penilaian atau evaluasi yang bersifat objektif. Saya belajar untuk bisa memperhatikan setiap detail dengan teliti untuk bisa memberikan tanggapan yang baik. Dalam konteks ini, tanggapan yang saya berikan berasal dari artikel dan juga teks anekdot. Pertama, artikel yang diberikan membahas mengenai tokoh Gus Dur yang memiliki karakter humoris. Gus Dur pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4. Saat menjabat, Gus Dur melihat banyak ketidaksesuaian dan aksi-aksi korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan dan elit politik. Salah satu cara Gus Dur untuk "menyentil" mereka adalah dengan melalui cerita yang mengandung makna mendalam di dalamnya yang disebut dengan teks anekdot. Teks anekdot yang digunakan Gus Dur lebih cenderung untuk mengkritik dan juga menyindir. Melalui penampilannya yang santai dan bahasa yang lugas, ia berhasil menarik perhatian banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat. Dalam kesehariannya, Gus Dur seringkali menggunakan humor sebagai alat untuk menghadapi situasi yang sulit. Beliau seringkali menggunakan humor sebagai cara untuk meredakan ketegangan atau mencairkan suasana yang tegang, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai. Namun ada saja orang yang salah mengartikan perkataan Gus Dur sehingga menimbulkan ketegangan-ketegangan di tengah masyarakat. Walaupun begitu, Gus Dur dikenal sebagai pemimpin yang humoris dan terbuka akan perbedaan. Selain belajar dari tokoh Gus Dur, saya juga belajar untuk membuat teks anekdot versi diriku. Tujuan saya membuat teks anekdot tersebut adalah sebagai media kritikan. Saya mengutip perkataan Gus Dur mengenai 3 polisi jujur. Saya merasa kutipan tersebut sangat cocok jika dikorelasikan dengan kehidupan sekarang ini. Banyak polisi yang bekerja secara tidak profesional dengan mudah untuk "dibujuk" dengan imbalan. Harapannya teks ini bisa menjadi sumber refleksi bagi institusi Polri untuk terus membenahi diri untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Secara keseluruhan, saya bisa menyimpulkan bahwa teks anekdot yang disampaikan oleh Gus Dur sebagai sarana untuk mengkritik pemerintahan di masa itu, sebagai sarana untuk mengajar masyarakat, dan sebagai sarana untuk membangun. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi bisa kita refleksikan dan setelahnya mengambil sebuah komitmen untuk terus bersikap magis.

(JDC/18)

Sumber : 

Ahmad, Munawwarah. 2020. Awal Mula Humor Gus Dur Soal 3 Polisi Jujur, Dua Pemuda Maluku Ditangkap & Komentar Inayah Wahid. Dikutip pada tanggal 16 Mei 2023. Dari https://makassar.tribunnews.com/2020/06/18/awal-mula-humor-gus-dur-soal-3-polisi-jujur-dua-pemuda-maluku-ditangkap-komentar-inayah-wahid

Welianto, Ari. 2022. Teks Anekdot: Pengertian, Struktur, Ciri-ciri, dan Kaidahnya. Dikutip pada tanggal 16 Mei 2023. Dari https://www.kompas.com/skola/read/2020/04/14/200000169/teks-anekdot-pengertian-struktur-ciri-ciri-dan-kaidahnya?page=all

Ayuningtyas, Rita. 2021. Ada Tagar Percuma Lapor Polisi dan No Viral No Justice Viral, Kapolri Minta Polisi Berbenah.  Dikutip pada tanggal 16 Mei 2023. Dari https://www.liputan6.com/news/read/4785264/ada-tagar-percuma-lapor-polisi-dan-no-viral-no-justice-viral-kapolri-minta-polisi-berbenah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun