Mohon tunggu...
Joshua Viencent Tandibrata
Joshua Viencent Tandibrata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar SMA

Manusia biasa, makan nasi dan butuh tidur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sebuah Tanggapan: Teka-Teki Anekdot Gus Dur

18 Mei 2023   15:37 Diperbarui: 18 Mei 2023   15:43 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gus Dur. Sumber Ilustrasi: Jakarta Insider

Lim: "Waduh... untung lo ga telat! EH tunggu dulu! Gimana caranya lo bisa lolos?"

Pemotor: "Biasa lah... Gue cuma ngasih uang saku aja kok".

Lim: "HAH?? UANG SAKU?"

Pemotor: "Iyaaa"

Lim: "Oooo pantesss... Tapi ko bisa ya aparat penegak hukum kayak gitu?"

Pemotor: "Ya mau gimana lagi... kan hanya ada tiga polisi yang jujur: Pak Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur"

Pada teks anekdot di atas, fungsi dominan yang paling menonjol adalah sebagai media kritikan dan sindiran. Teks tersebut mengkritik institusi polri sebagai pengayom masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari kutipan kalimat "Ya mau gimana lagi... kan hanya ada tiga polisi yang jujur: Pak Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur". Cerita mengenai tiga Polisi Jujur ternyata masih relevan sampai saat ini dimana bisa kita temui banyak anggota kepolisian yang memanfaatkan "lencana"-nya untuk memeras, menakut-nakuti, dan melakukan pungutan liar terhadap masyarakat. Gus Dur membandingkan Jenderal Hoegeng yang terkenal akan aksi kejujurannya, patung polisi, dan polisi tidur yang merupakan benda mati dengan Polisi di Indonesia. Dari analogi tersebut, terlihat bahwa Polisi di Indonesia mudah untuk disuap. Sikap tersebut juga bisa mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap polisi menjadi rendah. Kritik dan sindiran juga bisa dijadikan bahan refleksi bagi para anggota kepolisian Indonesia untuk segera melakukan pembenahan di tubuh polri.

Kutipan dari teks yang mengatakan bahwa hanya terdapat 3 polisi jujur yakni Pak Hoegeng yang merupakan kapolri, patung polisi, dan polisi tidur ternyata bagaikan pedang bermata dua. Di satu sisi bertujuan untuk membangun dan di sisi lain bisa mendatangkan kontroversial di tengah masyarakat. Pihak oposisi yang tidak senang dengan Gus Dur memanfaatkan peristiwa ini untuk menjatuhkan Gus Dur dengan mengatakan bahwa Gus Dur menghina institusi Polri, menyebarkan ujaran kebencian, dan lain sebagainya. Bahkan seorang pemuda asal Maluku sempat diamankan aparat kepolisian setelah mengutip guyonan Gus Dur mengenai 3 polisi jujur di media sosial. Dari kejadian ini, masyarakat menganggap bahwa institusi Polri itu anti kritik dan tidak profesional dalam menjalankan tugasnya.

Dari pembelajaran mengenai teks tanggapan, saya belajar bagaimana menanggapi dan memberikan saran akan suatu karya secara terstruktur dan terarah sehingga tanggapan yang diberikan merupakan penilaian atau evaluasi yang bersifat objektif. Saya belajar untuk bisa memperhatikan setiap detail dengan teliti untuk bisa memberikan tanggapan yang baik. Dalam konteks ini, tanggapan yang saya berikan berasal dari artikel dan juga teks anekdot. Pertama, artikel yang diberikan membahas mengenai tokoh Gus Dur yang memiliki karakter humoris. Gus Dur pernah menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia ke-4. Saat menjabat, Gus Dur melihat banyak ketidaksesuaian dan aksi-aksi korupsi yang dilakukan oleh para pejabat pemerintahan dan elit politik. Salah satu cara Gus Dur untuk "menyentil" mereka adalah dengan melalui cerita yang mengandung makna mendalam di dalamnya yang disebut dengan teks anekdot. Teks anekdot yang digunakan Gus Dur lebih cenderung untuk mengkritik dan juga menyindir. Melalui penampilannya yang santai dan bahasa yang lugas, ia berhasil menarik perhatian banyak orang dari berbagai lapisan masyarakat. Dalam kesehariannya, Gus Dur seringkali menggunakan humor sebagai alat untuk menghadapi situasi yang sulit. Beliau seringkali menggunakan humor sebagai cara untuk meredakan ketegangan atau mencairkan suasana yang tegang, sehingga dapat menciptakan lingkungan yang harmonis dan damai. Namun ada saja orang yang salah mengartikan perkataan Gus Dur sehingga menimbulkan ketegangan-ketegangan di tengah masyarakat. Walaupun begitu, Gus Dur dikenal sebagai pemimpin yang humoris dan terbuka akan perbedaan. Selain belajar dari tokoh Gus Dur, saya juga belajar untuk membuat teks anekdot versi diriku. Tujuan saya membuat teks anekdot tersebut adalah sebagai media kritikan. Saya mengutip perkataan Gus Dur mengenai 3 polisi jujur. Saya merasa kutipan tersebut sangat cocok jika dikorelasikan dengan kehidupan sekarang ini. Banyak polisi yang bekerja secara tidak profesional dengan mudah untuk "dibujuk" dengan imbalan. Harapannya teks ini bisa menjadi sumber refleksi bagi institusi Polri untuk terus membenahi diri untuk dapat memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Secara keseluruhan, saya bisa menyimpulkan bahwa teks anekdot yang disampaikan oleh Gus Dur sebagai sarana untuk mengkritik pemerintahan di masa itu, sebagai sarana untuk mengajar masyarakat, dan sebagai sarana untuk membangun. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi bisa kita refleksikan dan setelahnya mengambil sebuah komitmen untuk terus bersikap magis.

(JDC/18)

Sumber : 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun