Nenek mendekat lalu duduk disamping kris, dengan lembut menyentuh kepala Kris. "Maaf tapi aku sudah sangat tua, aku tidak sanggup lagi menyekolahkanmu sampai kuliah. Lihatlah, kau bisa sekolah saja itu dari hasil kerja kerasmu" katanya dengan suara bergetarÂ
Kemudian Kris mengangguk dan tersenyum tipis.
Entah mengapa Kris tak sanggup mengeluarkan unek-uneknya pada wanita yang sudah tua itu. Melihat wajahnya yang dipenuhi keriput, tak ingin rasanya Kris menyakitinya dengan apapun.
Dahulu Kris bercitacita ingin kuliah di universitas ternama, ingin menjadi seorang pengusaha sukses. Namun, takdir berkata lain. Kris tidak menyesal karena sudah melakukan yang terbaik semampunya.
Dalam hati kecilnya Kris sudah bertekad harus pergi merantau. Namun, melihat nenek yang semakin tua akan tinggal sendiri tanpa Kris, membuat hati Kris seolah terkoyak. Membayangkan saja Kris tak mampu.
Kemudian Kris memutuskan untuk tidak pergi merantau, memilih untuk tinggal dengan nenek dikampung. Bekerja keladang pagi-sore tanpa lelah untuk memenuhi kebutuhan mereka berdua. Kris melalukan kegiatan itu setiap hari, kadang ada rasa muak dalam dirinya namun rasa cintanya kepada neneknya mengalahkan itu semua. Untuk membantu keuangan, Kris melakukan kerja serabutan tanpa menghiraukan rasa lelahnya.
(Satu tahun kemudian)Â
Entah Tuhan sedang menjawab doa doa yang disampaikan Kris kepada Tuhan, tapi Kris sedang bersukacita. Karena paman Kris akan menikah dan tinggal dikampung untuk menemani nenek.Â
Kris kembali membangkitkan semangatnya untuk pergi merantau setelah mengetahui kabar baik itu.Â
Ketika paman nya datang dengan calon isterinya, Kris mengumpulkan keberaniannya untuk mengutarakan keinginannya. "Jika paman sudah menikah dan tinggal bersama nenek, bolehkah aku pergi merantau?". Tanya Kris dengan hati-hati. Sontak pamannya terkejut dan membulatkan matanya. Lalu dengan tegas menjawab "maksudmu bagaimana? Coba jelaskan? Mengapa tiba-tiba kau ingin merantau?". Kris menundukkan kepalanya lalu menjawab dengan pelan, "sudah dari dulu aku ingin merantau, namun aku tidak tega meninggalkan nenek sendiri". Lalu pamannya menjawab dengan tegas "yasudah terserah kau saja". Kris terkejut dengan jawaban itu. Kris berpikir semua akan berjalan dengan baik. Namun, nyatanya tidak. Kris menundukkan kepalanya dan menahan air yang hampir tumpah dari dalam matanya. Mulutnya seolah ingin berteriak, namun teriakan itu menggangantung ditenggorokannya.Â
Namun Kris tidak berhenti disitu. Dia selalu berusaha membujuk neneknya. "nek bolehkah aku meninggalkanmu? Kamu tidak akan sendiri ada paman dan bibi yang akan bersamamu, yang akan menanggungjawabpi kebutuhanmu. Aku yakin mereka tidak akan meninggalkanmu." Begitulah Kris memohon dan meyakinkan neneknya. Namun tanpa diduga neneknya bertanya "mengapa kau sangat ingin pergi merantau? Apakah kamu tidak menyayangiku?, atau kau tidak nyaman dengan kehadiran pa,manmu?". Kris dengan cepat menjawab, "tidak nek, aku pergi bukan karena aku tidak menyayangimu. Aku sangat menyayangimu. Aku juga tidak masalah dengan paman, sungguh aku sangat bahagia mereka mau tinggal dikampung merawatmu dan mengurus ladangmu."Â Â