Benarkah Jumlah Pendengar Makin Tergerus?
Data Nielsen menyebutkan bahwa jumlah pendengar radio konvensional di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahunnya.
Di Jakarta, jumlah pendengar radio konvensional hanya tersisa sekitar 10 jutaan saja, padahal dulu pendengarnya mencapai lebih dari 14 juta. Mungkin dulu orang tidak tidak punya pilihan lain selain mendengarkan radio secara konvensional dari pesawat radio manual atau digital.
Namun, sekarang, orang lebih memiliki banyak pilihan cara untuk mendengarkan radio. Radio sekarang ini mudah didengarkan melalui gadget atau internet.
Orang mendengarkan radio secara konvensional sekarang ini mungkin hanya ketika berkendara. Sementara, sebagian besar mungkin lebih akrab mendengarkan radio melaui gadget, terutama kaum muda.
Mungkin itu yang dicatat Nielsen bahwa pendengar radio konvensional mulai memudar. Nielsen mungkin lupa menghitung berapa jumlah pendengar radio yang menggunakan gadget.
Apapun sarana yang digunakan oleh masyarakat untuk mendengarkan radio, judulnya hanya satu, bahwa “pendengar radio tetap ada” bahkan dari sisi jumlah bisa saja pendengar aradio lebih banyak sekarang ini, karena hampir setiap orang punya gadget yang rata-rata mampu mengakses jaringan internet untuk mendengar radio
Jadi ada perubahan cara orang dalam mendengarkan radio saat ini. Penurunan yang dicatat Nielsen, boleh jadi karena adanya pendengar radio konvensional yang melakukan migrasi ke digital. Dengan kata lain, ada pergeseran behaviour dari para pendengar radio saat ini: lebih senang menggunakan internet dan perangkat gadget mobile.
Nah, apa yang harus dilakukan oleh radio?
Mau tidak mau radio pun harus mengikuti pergeseran behaviour dari para pendengarnya ini. Mereka harus bisa ada dan bisa diakses juga di ranah digital dengan mulai melakukan konvergensi.
Caranya, bisa dengan membuat aplikasi streaming yang memungkinkan pendengar bisa menikmati siaran radio melalui perangkat gadget mobile mereka.