Bukan rahasia umum setiap ada ada moment hajatan para undangan selalu membawa uang dalam amplop untuk diberikan pada tuan rumah sehabis ramah tamah.
Dibeberapa daerah bahkan ada secara terbuka uang tersebut diletakkan dalam kardus tuan rumah, adapula dari amplop berisi uang tersebut dicatat nama alamat dan jumlah uang dengan tujuan jika salah satu undangan yang hadir kelak punya hajat dikembalikan saat jadi tamu undangan.
Dalam adat Jawa tamu laki-laki cukup membawa amplop berisi uang, berbeda dengan tamu perempuan membawa bahan pokok, beras, gula, minyak , dan lain-lain beserta uang dalam amplop.
Tentu saja cukup keluarkan anggaran yang besar, sementara mereka juga telah habiskan uang untuk lebaran. Belum lagi kadang undangan hajatan pernikahan tidak cukup satu, bisa dua, tiga, empat hingga lebih dikarenakan yang punya hajatan bersamaan pada satu bulan yang dianggap baik.
Pasca Lebaran Harga Bahan Kebutuhan Pokok Masih Tinggi
Meskipun lebaran usai namun harga kebutuhan pokok tetap tinggi dikarenakan bulan syawal disusul dengan bulan besar yang didalamnya ada hari raya qurban, dengan meningkatnya harga hewan qurban yang tentu saja berdampak naiknya harga daging sebagai salah satu bahan menu untuk acara hajatan.
Bukan maksud saya menolak bulan syawal dan besar sebagai bulan baik untuk adakan pernikahan akan tetapi sebagai orang berfikir musti jernih memaknai bulan baik ini dengan mengkaji kebaikan disisi lainnya yaitu dari sisi keuangan terutama bagi oarang-orang yang diundang.
Intinya bagaimana menentukan bulan baik untuk adakan hajatan pernikahan "baik" bagi penyelenggara dan "baik" bagi tamu undangan, cari bulan dimana tidak ada moment yang berdekatan atau bersamaan yang saat itu keluarkan anggaran lebih dari kebutuhan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H