Pasca hari raya idul fitri atau dikenl dengan lebaran, saya yakin dimeja kita undangan hajatan baik itu pernikahan dan khitanan menumpuk. Sesuai adat Jawa ada beberapa bulan yang dianggap baik untuk mengadakan acara pernikahan (hajatan) diantara bulan tersebut yaitu bulan Syawal dan bulan Besar (pasca Hari Raya Idul Adha').
Syawal banyak pasangan yang memilih menikah saat Syawal, karena yakin ini adalah bulan baik untuk mengadakan upacara pernikahan.
Syawal dipercaya sebagai bulan yang penuh kasih sayang dan cinta. Pasangan yang menikah di bulan ini bakal memiliki rumah tangga yang langgeng sakinah mawaddah warahmah.
Selain bulan syawal bulan besar pasca hari raya qurban juga bulan baik untuk menikah. Pasangan yang memilih bulan ini sebagai hari pertama dalam membina rumah tangga bakal dikaruniai kedamaian dan dijauhkan dari masalah.
Berdasar analisa saya pilihan bulan syawal sebagai bulan yang baik untuk adakan hajatan pernikahan dikarenakan efek hari raya idul fitri, seperti yang kita ketahui saat bersilaturrahmi kessesama teman, sanak family selalu muncul pertanyaan kapan menikah ? bagi yang masih single, kapan menantu ? bagi yang sudah punya anak perawan atau jejaka.
Dari pertanyaan tersebut muncul berbagai macam jawaban bulan ini mungkin satu minggu lagi tunggu undangan ya , bulan besar habis hari raya haji saya mantu dan lain-lain.
Mungkin benar syawal bulan baik untuk mengadakan hajatan pernikahan atau khitanan, akan tetapi ada satu permasalahan yang perlu dikaji sebelum memanfaatkan bulan baik tersebut.
Pasca Lebaran Masih Adakah Uang Simpanan
Seperti kita ketahui saat lebaran kemarin dengan berbagai macam acara dari mulai sekedar penyediaan kue-kue bagi tamu hingga acara halal bihalal tak luput dari anggaran biaya yang cukup besar.
Sementara disaat yang sempit tersebut butuh lagi anggaran untuk adakan acara hajatan pernikahan dari mulai, walimahan dan resepsi yang tentu saja biaya tidak sedikit.
Mungkin sebagai tuan rumah penyelenggara jika memang anggaran sudah disiapkan jauh-jauh hari tidak ada masalah, namun beda dengan pihak lain yang berhubungan dengan hajatan tersebut yaitu tamu undangan.
Bukan rahasia umum setiap ada ada moment hajatan para undangan selalu membawa uang dalam amplop untuk diberikan pada tuan rumah sehabis ramah tamah.
Dibeberapa daerah bahkan ada secara terbuka uang tersebut diletakkan dalam kardus tuan rumah, adapula dari amplop berisi uang tersebut dicatat nama alamat dan jumlah uang dengan tujuan jika salah satu undangan yang hadir kelak punya hajat dikembalikan saat jadi tamu undangan.
Dalam adat Jawa tamu laki-laki cukup membawa amplop berisi uang, berbeda dengan tamu perempuan membawa bahan pokok, beras, gula, minyak , dan lain-lain beserta uang dalam amplop.
Tentu saja cukup keluarkan anggaran yang besar, sementara mereka juga telah habiskan uang untuk lebaran. Belum lagi kadang undangan hajatan pernikahan tidak cukup satu, bisa dua, tiga, empat hingga lebih dikarenakan yang punya hajatan bersamaan pada satu bulan yang dianggap baik.
Pasca Lebaran Harga Bahan Kebutuhan Pokok Masih Tinggi
Meskipun lebaran usai namun harga kebutuhan pokok tetap tinggi dikarenakan bulan syawal disusul dengan bulan besar yang didalamnya ada hari raya qurban, dengan meningkatnya harga hewan qurban yang tentu saja berdampak naiknya harga daging sebagai salah satu bahan menu untuk acara hajatan.
Bukan maksud saya menolak bulan syawal dan besar sebagai bulan baik untuk adakan pernikahan akan tetapi sebagai orang berfikir musti jernih memaknai bulan baik ini dengan mengkaji kebaikan disisi lainnya yaitu dari sisi keuangan terutama bagi oarang-orang yang diundang.
Intinya bagaimana menentukan bulan baik untuk adakan hajatan pernikahan "baik" bagi penyelenggara dan "baik" bagi tamu undangan, cari bulan dimana tidak ada moment yang berdekatan atau bersamaan yang saat itu keluarkan anggaran lebih dari kebutuhan sehari-hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H