Partai Bulan Bintang Nasib mu kini...
Hilang entah ke mana...
Masih adakah, atau sudah tenggelam?
Penggalan syair di atas, merupakan ungkapan perasaan penulis terhadap PBB yang diketuai Yusril Ihza Mahendra.
Sebab,Â
Keputusan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra membantu kubu Moeldoko untuk melawan kubu Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menjadi sorotan publik.
Penulis melihat, apapun itu peran Yusril terlepas sebagai lawyer maupun kuasa hukum, posisinya di Partai Bulan Bintang (PBB) akan memunculkan conflict of interest.
Publik tentu menilai, ikut campurnya Yusril membantu Moeldoko membegal Partai Demokrat, memperburuk elektabilitas PBB dan Ketua Umumnya sendiri.
Buktinya, Yusril yang beberapa kali ikut dalam kontestasi pemilu beberapa waktu lalu menjadi bukti. Â Kredibilitas Yusril hanya sebatas lawyer. Bukanlah politikus.
Kini, mencoba bermanufer membela pembegal politik dari lingkaran istana. Membuktikan eksistensi PBB begitu anjlok beberapa hari belakangan ini.
Berbicara persoalan AD/ART merupakan persoalan internal partai. Artinya masalah dapur partai orang, sementara posisi Yusril sebagai Ketua Umum PBB popularitasnya sudah anjlok sejak dirinya gagal maju sebagai calon Gubernur DKI pada Pilkada 2017 lalu.
Bicara konstitusi, tentu posisi Yusril sebagai Ketua Umum lebih dari dua periode jadi permasalahan krusial bagi internal PBB. Hilangnya sosok kaderisasi di tubuh PKB menandakan bobroknya AD/ART PBB yang beridiologikan Islam jauh dari norma-norma ketuhanan.
Di sini saya tak membahas ideologis keislaman dari PBB. Tetapi betapa anjloknya akhlak PBB sebagai partai politik tanah air yang mengarah tenggelam. Tak pernah terdengar gebarakan, ataupun kerja nyata yang dilakukan PBB selama pandemi covid-19 menyerang tanah air.
Tak begitu banyak muncul nama-nama besar dari partainya "Cak " Tersebut. Ungkapan argumen-argumen hukum yang menyerang AHY dan Partai Demokrat menandakan PBB mempunyai keinginan buruk. Yaitu, berupaya menghilangkan Partai Demokrat di tahun politik 2024 mendatang.
Seharusnya, Yusril tetap fokus saja membenahi PBB dari sekarang.Bila ingin bertarung di Pemilu 2024 nanti, siapkan program-program kerja jitu agar masyarakat tertarik. Bukan merecoki partai lain.
Bersikaplah sebagai "petarung", bukan sebagai "pecundang". AHY dan Partai Demokrat tidak pernah menyenggol PBB maupun partai politik lainya.
Sebelum penulis mengakhiri tulisan ini, pesan nya hanya satu. "Urus saja dapur PBB, jangan urus dapur orang lain".Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H