Saya hanya iseng. Namun, mendadak saya dengar suara tangisan, yang sebelumnya saya kira adalah “canda dan tawa”, ternyata salah.
“Ayah mah gitu, Dafa kaget banget tau!..uuu..uuuu”, kesal Dafa sembari menangis.
“Minta maaf Dafa, ayah hanya bercanda kok!”, ucapku.
Saya membiarkan tangisan Dafa selesai. Dan disela-sela tangisan yang hampir berhenti itu,
“Ya, sudah ka, masih mau belajar Doanya gak?”
“Hu...huu”
Setelah berhenti, doa petir perlahan saya ajarkan kembali. Tiba-tiba terlintas dalam pikiran saya untuk mengagetkannya lagi, tapi sebelumnya saya bicara terlebih dahulu.
“Tuh kan, ka. Kalau kamu bisa hapal doa ini, kamu gak bakal kaget, takut dan menangis lagi. Coba dihapalkan ya!”
Dafa pun berusaha keras mengahapalkannya. Tiba-tiba...
”Derrr” teriakku mengejutkan.
Tapi kali ini Dafa tidak terkejut. Momen tersebut saya manfaatkan untuk mengajarkan pikirannya, bahwa