“Ya bisa... coba saja kau kirimkan buah apel itu pada kekasihmu, lalu sisipkan puisi nan indah di dalamnya. Percaya atau tidak, buah apel itu seketika menjelma sebagai buah cinta yang tiada tara.” jawabku, sambil tersenyum tipis.
"Tapi... aku tidak bisa membuat puisi, Win! Bagaimana kalau kau saja yang merangkainya?" keluh Mawi, penuh harap.
"Begini... jika aku yang merangkainya, bagaimana sewaktu-waktu ia mengetahuinya bahwa aku yang telah merangkai puisi tersebut? Sungguh, sebuah karya akan bernilai lebih, jika memang itu hasil dari ketulusan dan jerih payahmu sendiri, aku yakin kau bisa." ucapku, sambil menepuk bahu kirinya, berupaya memberi semangat kepada Mawi.
"Ambillah apel ini! lalu kau tuliskan tentang keindahan-keindahan yang ada dalam dirinya." Dan ketahuilah, bro! apa pun hasilnya kelak; hal yang terpenting adalah kau sudah berupaya semampumu." tutupku, sambil memeluknya.
TAMAT
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI