Mohon tunggu...
Edwin Pratama
Edwin Pratama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berpuisi, berdoa, dan berupaya.

Keindahan terbesar ialah ketika hujan tiba, payung-payung itu tidak dibiarkan untuk meneduhi kepalanya seorang sendiri. Tapi, mampu meneduhkan pelbagai kepala yang lain pula.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Contoh Cerpen: Apel Bukan Hanya Sekadar Buah

24 Juni 2021   23:35 Diperbarui: 24 Juni 2021   23:35 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sungguh, ia sangat cerewet, dan aku pun sudah paham  apabila ia tiba-tiba menghampiriku secara tiba-tiba.

Yap, ia adalah temanku semasa sekolah lalu.  Seseorang yang sampai saat ini masih saja bersikap labil terutama dalam hal asmara, hehe.

Sebut saja ia Mawi, seorang anak muda yang senantiasa terjerat akan hal asmara yang tiada tara. Sebenarnya tidak ada yang salah dari Mawi. Hanya saja terkadang ia cukup merepotkan apabila tengah temaram akan cinta.
Seraya ia duduk di sampingku, dan lekas menyatakan;
“Gua galau, Win.” 
ucapnya, sambil menampakkan wajah muramnya.

“Kalau dateng tuh ucap salam dulu.”  jawabku dengan ketus,

“Galau kenapa lagi?”, sambungku, bertanya padanya.

“Gua bingung, mau harus gimana lagi.  Hubungan gua terasa flat terus gitu Win sama dia.” tandasnya.

Tak lama berselang... aku bergegas menyusuri dapur rumahku,  meninggalkan Mawi yang tengah temaram di atas dinginnya lantai rumahku, dan aku pun lekas mengambil sebuah apel yang menampakkan dirinya secara terang-terangan di sebuah meja makan.

“Nih, pake ini biar ga galau lagi.” ucapku, sambil menyodorkan buah apel itu, padanya.

“Ihh... apaan sih, ga nyambung banget! Masa orang lagi bingung, malah dikasih apel.” jawabnya, dengan nada yang menjengkelkan.

“Heh! buah apel ini bukan hanya sekadar sebuah buah. Tapi, buah apel ini bisa diolah menjadi sedemikian rupa; entah menjadi sebuah juice, atau bisa juga meningkatkan hubungan antar sepasang kekasih.” jawabku, dipadukan bersama otot-otot leherku.

“Kok, bisa?” gumamnya, dengan wajah yang sedikit heran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun