Mohon tunggu...
Nur Hofifah
Nur Hofifah Mohon Tunggu... Desainer - Santri sejati

editor in chief, fashion designer, and pastry chef

Selanjutnya

Tutup

Politik

Andaikan Dua Korea Mengikuti Pola Diplomasi Bebas Aktifnya Indonesia, Dijamin Tidak Ada Perang Nuklir di Semenanjung Korea

15 September 2024   21:05 Diperbarui: 15 September 2024   21:14 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan demikian sangat kecil kemungkinan, itu mendesak Korea Utara menerapkan kebijakan bebas aktif dan mendorong untuk masuk dalam Gerakan Non-Blok. Solusi paling realistis adalah adalah upaya untuk menekan Korea Utara untuk menjalin dialog dan transparansi dalam membangun diplomasi dengan berbagai negara. Saya memandang bahwa Korea Utara sebenarnya bisa diajak berbicara. Hanya saja, pendekatan yang digunakan tentunya berbeda.

Lihat saja bagaimana Kim Jong-un, pemimpin tertinggi Korea Utara mau bertemu dengan Donald Trump saat menjabat presiden pada Juni 2018. Itu menunjukkan bagaimana upaya untuk membujuk Korea Utara untuk mengurangi provokasinya. Namun, ketika provokasi Korea Utara justru dibalas oleh provokasi, hal tersebut tidak akan berhenti.

Apakah Indonesia bisa mendekati Korea Utara? Jawabannya bisa! Melihat sejarah, Presiden Republik Indonesia Sukarno pernah bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Il-sung di Kebun Raya Bogor di mana Kim mendapatkan hadiah bunga bernama Kimilsungia pada 15 April 1965. Itu sebenatnya menjadi fondasi yang penting dalam hubungan kedua. Itu juga bisa menjadi pijakan bagaimana kedekatan kedua negara.

Sayangnya, itu tidak dimainkan dengan serius selama pemerintahan orde baru hingga orde reformasi. Itu dikarenakan Indonesia terjebak dengan paradigma Perang Dingin selama pemerintahan orde baru. Selain itu, Indonesia juga tak bisa bergerak karena adanya tekanan yang kuat dari Amerika Serikat dan sekutunya yakni Korea Selatan. Akhirnya, Indonesia memilih lebih mesra dengan Korea Selatan, dan tetap menjaga jarak dengan Korea Utara.

Kedepannya, ketika Indonesia bisa memanfaatkan politik luar negeri bebas aktif, sudah seharusnya bisa bermain secara seimbang. Namun, Indonesia tetap berhati-hati. Sayangnya, isu Korea Utara memang tidak populer di Indonesia. Itu menjadikan pemerintahan Indonesia tidak memainkan hal tersebut. Isu Korea Utara masih kalah dibandingkan dengan Kemerdekaan Palestina.

Tapi, seharusnya Indonesia tak boleh terjebak pada popularitas atau viralitas isu luar negeri. Tetapi, harus bermain pada isu yang esensial. Dengan tetap memberikan kontribusi terhadap perdamaian di Semenanjung Korea, Indonesia sudah seharusnya menjadi suatu "jembatan" antara Korea Utara dan Korea Selatan dengan politik bebas aktifnya. Indonesia bisa bermain dengan cantik untuk bisa mewujudkan perdamaian yang abadi di Semenanjung Korea.

Korea Selatan Terjebak Trauma dan Ketakutan yang Berlebihan

Foto/Rodong Sinmun
Foto/Rodong Sinmun

Korea Utara selalu menuding kalau Korea Selatan adalah bonekanya Amerika Serikat. Tudingan sebaliknya pun dilayangkan Seoul. Korea Selatan menuding Korea Utara adalah bonekanya China dan Rusia. Itu menunjukkan bahwa apa yang terjadi di Semenanjung Korea adalah perang proksi. Di sana ada dua kekuatan besar di belakangnya yakni China yang bergabung dengan Rusia, melawan Amerika Serikat yang didukung oleh aliansi NATO-nya.

Itu menunjukkan hubungan yang sangat kompleks dalam menilai ketegangan di Semenanjung Korea. Pasalnya, banyak pihak yang ikut terlibat.

Tapi, intinya tetap berada pada Korea Selatan. Yang secara historis memiliki pengalaman konflik dengan Korea Selatan. Itu terepresentasi dalam ideologi hingga tindak tanduknya yang berwujud dalam ekspansi industrialisnya. Bahkan, dalam banyak film K-pop juga terepresentasi dengan nyata bagaimana upaya Korea Selatan ingin selalu waspada musuh utamanya yakni Korea Selatan. Namun, pesan terselubung seperti reunifikasi tetap menjadi hal esensial yang terus diperjuangkan hingga kini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun