Kepiting yang digunakan oleh Chef Alberto ini juga khas yaitu jenis kepiting bakau dari Kaimana, sebuah daerah di Papua. Kata Chef asal Medan ini, kepiting ini memiliki rasa yang istimewa. Ia mengambil kepiting ini langsung dari sana. Jadinya segar karena dikirim dari Papua langsung ke Jakarta, jadi nggak pake transit. Tujuannya apalagi kalo bukan kepitingnya tetap setrooong, nggak loyo....
Oke mulailah kami bersantap kepiting. Yang khas disini adalah terdapat dua piihan , yaitu kami bisa menyantapnya dengan nasi atau ubi merah dan singkong yang dibumbu kuning. Rupanya lebih seru menyantap kepiting dengan ubi merah. Rasanya nyambung dan enak banget. Jujur, ini pertama kalinya bagi saya makan hidangan ubi singkong dengan bumbu seperti itu. Paling banter sebelumnya cuma papeda.
Satu demi persatu varian kepiting kami cobai. andaliman mewakili rasa Medan, sedangkan woku mewakili daerah Manado. Varian telur asin mewakili tren masa kini dan tom yam adalah citarasa internasional.
Duh bingung mana yang paling enak. Semuanya enak. Tapi tetap yang paling saya suka itu varian lada hitam dan yang kedua telur asin. Bumbunya juara banget dan gak pelit bumbu lho...digado saja udah bikin ketagihan ...
Jadinya jika sedang kangen makan kepiting dan ingin coba kepiting woku bisa coba kepiting Kaimana ini. Pasti nagih deh.
Disediakan tiga macam ukuran kepiting yaitu Imut (300 gram), Kece (500 gram) dan Gembul (700 gram). Cara masaknya pun mudah kalau kita pesan dari mobile apps, cukup kepiting beserta plastik kemasannya yang kedap udara di masukkan ke dalam panci berisi air. Lalu didihkan selama 30 menit. Kemudian siap untuk disantap deh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H