Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Selamat Hari Buruh, "Buruh sebagai Mitra Pengusaha dan Penguasa"

1 Mei 2022   11:21 Diperbarui: 1 Mei 2022   11:25 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ketika itu, 1 Mei 1886, organisasi Federasi Buruh Amerika berseru kepada para pekerja di AS agar penguasa dan pengusaha, terutama pemilik pabriok, jam kerja mereka diturunkan dari 16, 12, 10 jam per hari menjadi hanya 8 jam, tanpa menguruangi upah kerja yang didapat.  Alasan tersebut sangat beralasan, karena sisa waktui yang ada biosa dipakai untuk interaksi social, keluarga, ibadah, dan pemulihan diri dari kellehan kerja.

Sayangnya, aksi dan tuntutan tersebut tak didengar; justru Negra, diwakili Polisi, melakukan pembungkaman; para demontran dihadapi dengan pentungan dan mesiu. Aksi buruh pun dilanjutkan pada 3 Mei 1886, dan menjadi anarkis; terjadi sejumlah tindak pengrusakan, sejumlah besar buruh, warga sipil,  dan aparat tewas serta luka-luka. Situasi menjadi terkendali, ketika para buruh mundur ke rumah masing --masing; dan di sana mereka tidak masuk kerja atau mogok selama beberapa hari.

Tahun 1889, Konferensi Sosialis Internasional menetapkan 1 Mei sebagai May Day untuk  menghormati perjuangan para buruh kemudian disebut juga sebagai Hari Buruh Internasional. Namun, tidak ada informasi yang tepat tentang alasan penggunaan sebutan My Day tersebut; padahal sebut an itu, sebelumnya sudah digunakan dan polpuler di dunia penerbangan. Di dunia penerbangan (sipil dan militer), seruan My Day berulang-ulang hanya boleh diucapkan atau terdengar ketika pilot dalam keadaan darurat, misalnya pesawat tertembak atau meluncur jatuh, dan menuju kematian.

Atau, mungkin saja 1 Mei sebagai My Day karena mengingat korban yang tewas dan luka-luka pada pada waktu itu; serta "tewasnya" kuasa dan kekuasaan para penindas serta penindasan terhadap kemanusiaan para buruh.  Sehingga buruh bukan lagi sekedar "nomor-nomor yang bekerja," dan milik para pengusaha. Melainkan mitra penting dalam usaha, karya, dan penggerak ekonomi; tanpa mereka, maka tak ada pergerakan ekonomi.

Buruh sebagai mitra penting dalam usaha, karya, dan penggerak ekonomi itulah yang patut disadari oleh para pengusaha dan penguasa; sehingga setiap kebijakan (dan juga produk perundang-undang) selayaknya lebih banyak berpihkan pada pada buruh, bukan sebaliknya.

Selanjutnya?

Berdasarkan pengalaman saya berada di garis belakang ketika ada aksi buruh di Jakarta, ketika bertanya bpada buruh dan bertanya mengapa mereka melakukan demo, maka jawaban mereka standar, sebagai solidaritas terhadap sesame rekan seprofesi,  menuntut kenaikan upah, serta perhatian terhadap terhadap kesejahteraan."

Ya, tuntutan dan solidaritas terhadap sesama yang seprofesi itulah, tak terbantahkan sebagai motivasi peregrakan pada setiap 1 Mei di Indonesia.  Sebab, profesi adalah (i) pekerjaan (tertentu) yang menjadi panggilan hidup seseorang; (ii) yang seseorang pilih dengan penuh kesadaran; (iii) mengandung nilai kemandirian, kepuasan dan ekonomi, serta berguna untuk (kelangsungan) hidup dan kehidupan.

Dengan itu, menjadi atau berprofesi sebagi buruh tidak muncul dari hamparan kosong yang tak berkualitas. Melainkan, adanya keahlian yang didapat melalui pendidikan terstruktur dan baku; kegiatan berkelanjutan yang menjadi sumber pemenuhan kebutuhan hidup; mempunyai kaitan dengan bidang-bidang lain dalam masyarakat; mempunyai nilai kepuasan dan ekonomis yang (sengaja) dipilih sebagai panggilan dalam hidup hidup dan kehidupan sosial.

Jadi?

Jika giat, aksi, "demo" buruh untuk memperjuangkan aspirassi diri dalam rnagka perubahan, keseteraan, kesejahteraan, dan keadilan, mama maka sepatutnya, jika hari ini, ada aksi, demo, bajkan boloh dari tempat kerja, maka itu bisa berdampak pada melumpuhkan kerja mesin-mesin pabrik, berhentinya produksi, dan lain sebagainya.  Jika seperti itu, dan terus menerus atau sering terjadi  maka cara menyampaikan pesan (melalui aksi, demo) agar semua yang ada di negeri ini bisa mendengar jeritan mereka, justru tidak didengar dan terdengar; yang muncul malah sikap antipati dan ketidakksesukaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun