Endemi. Endemi adalah penyakit yang muncul (dan tetap ada) serta menjadi karakteristik di wilayah tertentu. Misalnya, Malaria dan Demam Berdarah Dengue selalu ada di daerah tertentu karena 'dukungan alam yang panas, rawa-rawa, dan lain sebagainya.
Pandemi. Pandemi adalah penyakit yang terjadi serempak dimana-mana, meliputi daerah geografis yang luas (seluruh Negara/benua). Menjadi masalah bersama bagi seluruh warga dunia. Misalnya, doeloe, Typhus, Cholera, Disentri, Influenza; kemudian HIV/AIDS; terbaru, serangan  COVID-19. Penyebaran terjadi tiba-tiba, terkadang cepat, menyebar di antara manusia, lintas komunitas.
Epidemi. Epidemi terjadi ketika suatu penyakit telah menyebar dengan cepat ke wilayah atau negara tertentu dan memengaruhi populasi penduduk, karena terjadi banyak kematian. Misalnya, Ebola di Republik Demokratik Kongo, 2019; flu burung atau H5N1, di Indonesia pada 2012.
Endemik. Istilah epidemik digunakan saat ada infeksi, tetap ada selamanya dalam suatu lokasi geografis. Dalam Artian, adanya virus, bakteri yang 'abadi' pada suatu lokasi geografis; setiap saat, karena sikon tertentu, dengan mudah menyerang setiap orang.
Pasar Minggu, Jakarta Selatan | Pandemi Covid-19 (dan turunannya) segera berakhir; itu pesan positif, walau di beberapa Negara, Â tingkat penularan dan kematian masih relatif tinggi.Â
Indonesia (termasuk Negara yang) berhasil mengatasi Covid-19 (walau penuh kritik dan sinisme dari kaum oposisi) dan diakui secara Internasional.Â
Tapi, kita, anda, dan saya, jangan cepat berbangga hati karena keberhasilan tersebut. Karena, tak terbantahkan, masih ada orang-orang dan komunitas tertentu (di Nusantara) yang tak percaya adanya Covid-19, apalagi ikut dan ikutan prokes plus vaksinasi.
Saya tak perdiksi, ramal, dan bernubuat, tapi pastinya orang-orang dan komunitas seperti itulah, jika terpapar Covid-19, bisa menjadi OTG yang menularkan siapa saja. Dan, jika mereka terkonsentrasi dalam suatu komunitas serta wilayah, maka area tersebut menjadi endemik.
Selanjutnya, jika para OTG tersebut bermobilitas dan interaksi dengan/di luar komunitas serta area kediamannya, maka terjadi penularan yang tak terkendali. Semua orang (kembali) bisa terpapar. Ini Mengerikan.Â
Jadi, walau Pandemi Covid-19 (mereda, menurun, dan) hilang, tapi tingkat penularan dan keterpaparan masih mungkin terjadi. Semua orang masih bisa tertular dan terpapar.
Pada sikon itu, (semua orang masih bisa tertular dan terpapar), tak terhindarkan, lansia ada di dalamnya. Lansia tak mungkin tetap terkurung dalam rumahnya (praktis sudah hampir 3 tahun) dan menanti Tuhan memanggilnya ke Alam Baka.
Bagaimana Baiknya?
Oleh sebab itu, agar kembali aktif saat Pasca Pandemi Covid-19, agaknya lansia secara cerdas melakukan persiapan diri dengan baik dan benar. Hal tersebut, antara lain,Â
- Tetap ikut dan ikuti prokes, gunakan masker, hindari kerumunan serta kegiatan yang tatap muka (misalnya main catur, kartu, halma, ngedate, dan sejenisnya), termasuk ke bar atau pun Club Malam.
- Hindari interaksi lama dengan orang lain, termasuk anak cucu, tanpa prokes, tak bermasker.Â
- Tetap konsumsi obat-obatan (yang disarankan dokter) sesuai "penyakit orang tua" yang diderita; misalnya diabetes, asam urat, lemah otot, dan lain-lain.
- Mengatur irama dan jenis makanan/mimuman (pagi, siang, malam) sehat; bila perlu berpantang makan dan minum tertentu. Sebisa mungkin hindari makanan dan minuman berpengawet dan beralkohol.
- Menjaga energisitas tubuh dengan joging, jalan kaki, dan olahraga ringan lainnya. Plus tidur dan istirahat yang cukup.
- Meningkatkan ketrampilan literasi visual dan virtual, sehingga tetap bisa update informasi terbaru serta terkini dari pelbagai penjuru dunia.
Cukuplah
Nantikan Serial Lansia Berikutnya
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H