Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Sinovac Tidak Meniadakan Hypoxia dan Delirium

12 Desember 2020   12:08 Diperbarui: 12 Desember 2020   12:15 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Wiley Online Libaray

Jejak Digital

Delirium

Delirium bukan penyakit, tapi tanda-tanda. Delirium adalah (i) gejala atau tanda-tanda karena terjadi perubahan tiba-tiba pada fungsi mental seseorang, (ii)perubahan tersebut karena penuaan, keracunan alkohol, konsumsi obat-obatan tertentu, (iii) sehingga terjadi perubahan dan gangguan berpikir, misalaya penurunan daya pikir, susah tidur, tindakan atau gerak tubuh yang tak terkontrol.

Penderita atau orang yang mengalami Delirium, umumnya, mereka yang telah berusia lanjut atau umur 70 tahun ke atas. Tapi, tidak bermakna, mereka yang berusia di bawah 70 tahun, tidak mengalaminya.

Selanjutnya, lihat Kolom Komentar

Hipoxia

Hipoksia berawal dari Hipoksemia; hipoksemia adalah kadar oksigen di dalam atau pada darah rendah; atau, sering disebut kekurangan oksigen. Jadi, Hipoksia merupakan istilah (pada Dunia Medis) untuk menyebut kekurangan atau rendahnya kadar oksigen (bersih) dalam darah

Penyebab Hipoksia. Ada sejumlah kejadian (yang dialami seseorang) sehingga disebut Hipoksia atau kekurangan kadar oksigen dalam darah. Hal-hal tersebut antara lan:

(i) Berada (lama) dalam ruangan tertutup; terjebak di kebakaran atau dalam gedung yang terbakar; dalam balutan asap tebal (misalnya akibat sampah terbakar atau pun kebakaran hutan); lama berada di tempat yang bersih (sangat) dingin; tenggelam atau lama berada di dalam air; lama berada di ketinggian, (ii) Keracunan; keracunan sianida atau keracunan CO (karbon monoksida (misalnya asap knalpot); juga karena keracunan obat, (iii) Penyakit (pada/dalam tubuh); misalnya gangguan paru-paru dan saluran pernapasan, bronkitis, hipertensi, kanker paru, gagal jantung, jantung koroner, anemia, perdarahan yang berlebihan.

Sumber


Srengseng Sawah, Jakarta Selatan | Vaksin (anti Covid-19) Sinonvac sudah ada di Indonesia; lalu kapan ada atau terlaksanannya Vaksinasi Nasional untuk mengimunkan masyarakat dari Covid-19? Pertanyaan tersebut, telah, saya ajukan melalui artikel, Untuk Mereka yang Tidak Divaksinasi Anti Covid-19; kemudian, artikel tersebut saya kirim ke sejumlah teman di Kementerian Kesahatan. Dan, dilanjutkan dengan beberapa kali disksui virtual.

Ternyata, apa-apa yang saya tulis tersebut sama dengan langkah-langkah yang (akan) ditempuh Kemenkes (dan Gugus Tugas), ketika melakukan Vaksinasi Nasional. Proposal atau rencana detailnya, (akan) dipublikasi dan disosilalisasi secara luas, setelah Kemenkes (dan Gugus Tugas) melakukan Rapat Dengar Pendapat dengan DPR RI.

Pada intinya, ini adalah hasil diskusi virtual antara saya dengan sejumlah teman, Vaksinasi Nasional akan (i) dilakukan secara bertahap, (ii) diawali ke/pada tenaga medis, (iii) kemudian secara gratis ke/pada 30 juta orang, (iv) selanjutnya, vaksinasi ke/pada sekitar 150 juta dengan berbayar atau pun gratis, (v) mekanisimenya hampir sama dengan pencoblosan pada Pemilu; dalam artian, mereka yang (akan) mendapat vaksini dihubungi melalui telpon (agar) berkumpul di/pada tempat yang ditetapkan.

Sesuai dengan rencana, mereka yang (akan) mendapat vaksin adalah usia 18 tahun hingga 60 tahun kurang satu hari, tanpa ada penyakit-penyakit kronis dan bawaan lainnya. Di luar usia tersebut, diharapkan melakukan upaya pencegahan mandiri sehingga terhindar dari Covid-19.

Nah. Karena 'upaya pencegahan mandiri' itulah, tidak menutup kemungkinan, karena beberapa sebab (yang tak terduga serta tidak terdeksi, sengaja maupun tidak), mereka bisa terpapar Covid-19 karena sebagai OTG atau pun terjangkiti dari orang lain (yang juga OTG). Sehingga bisa saja terjadi adalah, karena tidak masuk pada usia mendapat vaksin, terpapar Covid-19 tapi tidak terlihat gejala-gejala yang ekstrim (kasat mata, terlihat, atau pun tanda-tanda lain), namun tiba-tiba ambruk karena Hypoxia dan Delirium.

Bisa ambruk karena sudah terpapar Covid-19 dan muncul atau ada tanda-tanda Hypoxia dan Delirium; sekali lagi tanda-tanda Hypoxia dan Delirium terjadi pada seseorang karena ia (atau mereka) sudah terpapar Corona.

Oleh sebab itu, karena Covid-19 belum berakhir dan masih merambah bebas kemana-mana, maka ada baiknya, kita atau siapa pun, dari semua rentang usia dan latar belakang serta strata, tetap mempertahankan disiplin serta ikuti protokol kesehatan. Selain itu, tetap dengan, upaya menghindari diri dari area publik, misalnya kerumunan, antrian tanpa jarak, ada dalam ruangan yang ventilasi kurnag bagus untuk perputaran udara segar, serta kontak berhadapan langsung (dengan orang lain) secara dekat.

Cukuplah

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun