Catatan Awal
Disiplin. Disiplin, memiliki pemaknaan yang sama pada dialek dan bahasa-bahasa Sub-suku, Suku, Bangsa, dimaknai sebagai sikap dan tindakan seseorang (atau pun kelompok, komunitas, dan masyarakat) berdasar pada atau adanya nilai-nilai hidup dan kehidupan. Nilai-nilai tersebut diterima bersama dan berlaku di/dalam Komunitas hingga universal. Contoh sederhana, Lampu Pengatur Lalu Lintas, ada kesamaan universal memahami warna merah, kunming, hijau; dan mengikutinya.
Di dalam kata disiplin terdapat 'sifat dan tindakan atau pun perilaku;' serta keselarasan keduanya. Dalam artian, disiplin tidak selesai pada ucapan tapi berlanjut atau diwujudnyatakan pada perilaku atau tindakan.
Nilai-nilai hidup dan kehidupan merupakan keseluruhan tampilan diri, sikap, kata, perbuatan manusia sesuai sikonnya. Nilai-nilai hidup dan kehidupan manusia biasanya dipengaruhi oleh masukan-masukan dari luar dirinya sejak kecil.
Lanjutkan di New Normal, Cuci Tangan, Hindari Menyentuh Wajah, Menerapkan Etika Batuk dan Bersin, Gunakan Masker, Jaga Jarak Sosial, Isolasi Mandiri, Menjaga Kesehatan,
====
Tapi, perlu diingat bahwa "New Normal" bukan "New World Order atau Tatanan Dunia Baru,"  sebagaimana dipublikasikan oleh banyak orang  dan kelompok. Mereka melakukan penyamaan atau pun mengaitkan New Normal dan  New World Order; sehingga memaknai New Normal sebagai bagian dari Konspirasi menguasai Indonesia (secara keseluruhan), dan sekaligus menghilangkan identitas personal sebagai Bangsa dan Negara. Dan, lebih dari itu, segenap Bangsa dan Rakyat, Negara Indonesia terjajah oleh kekuatan asing. Sekali lagi, New Normal  bukan  New World Order.
Jadi .... ?
Karena New Normal bukan untuk meruntuhkan dan menghancurkan kebesaran Bangsa dan Negara, maka patut menjadi upaya bersama dan sama-sama di/dalam hidup dan kehidupan sehar-hari. Alasannya, hanya sederhana, yaitu di samping yang positif dan meninggal akibat corona, Korban Covid-19 Non-kesehatan mencapai ratusan juta orang.
Tapi, New Normal, yang diterapkan di Indonesia, Â bukan melulu tertuju pada mereka yang terinfeksi Covid-19, dirawat dan sembuh, namun juga, utamanya, pada Korban Covid-19 Non-kesehatan; bahkan untuk segenap rakyat Indonesia. Dalam artian sangat banyak orang Indonesia yang mengalami nasib 'menggerikan' akibat pandemi Covid-19.
Lihat saja dampak Non-kesehatan dari pandemi Covid-19, antara lain (i) ketidakberdayaan pelaku ekonomi pada semua tingkatan, (ii) penghentian sejumlah proyek yang berdampak pada perumahan tenaga kerja, (iii) lumpuhnya aktivitas ekonomi bidang jasa dan barang, (iv) bahkan terjadi pembatasan pada area interaksi dan mobilitas sosial, sehingga muncul (v) hubungan dan keakraban baru hanya pada/melalui medsos atau secara virtual, dan (vi) masih banyak hal lain lagi
Semuanya itu, yang di atas, misalnya i, ii, iii mau tidak mau, suka tak suka, rela tak rela, Â harus mengalami olah ulang sehingga kembali 'beroperasi' seperti semula. Juga, misalnya iv dan v, akan menjadi sesuatu yang biasa akibat pembiasana selama PSBB.
Berdasarkan semuanya itu, penerapan (dan melakukan) New Normal merupakan sesuatu yang mutlak dan keharusan; keharusan pada segenap WNI. Dengan itu akan terjadi (lagi) semua aktivitas ekonomi, sosial, serta aktualisasi diri sebagai tanda-tanda kenormalan hidup dan kehidupan; normal sebagai manusia Indonesia yang bebas melakukan banyak hal dalam kesehariannya; dan bukan sebagai manusia Indonesia yang terjajah dan tertindas.
So, Jangan Takut dengan New Normal, dan lakukanlah itu dengan disiplin. Tanpa Disiplin, semuanya akan menjadi 'Abnormal Baru.'
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini  Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H