Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pak Gubernur, "Pemimpin itu Harus Jujur dan Berintergritas!"

10 Mei 2020   18:55 Diperbarui: 11 Mei 2020   02:08 1148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Kompas Com

Lenteng Agung, Jakarta Selatan | Masih hangat dalam ingatan, Seorang Gubernur dari Indonesia mengakui ke/pada Media bahwa dirinya sejak Januari (telah) melakukan upaya untuk melawan Covid-19. Saya tidak kaget dengan pernyataan tersebut; namun yang menjadi kejutan dan kelucuan baru adalah sejumlah pendukung Sang Gubernur di Medos dan Media Online Non-mainstream ikut meyebarkan (dengan) plus puji dan puja terhadap kinerja Si Gub itu.

Betulkah ucapan Sang Gubernur? Daripada ribut, maka anggap saja semuanya benar, tepat, jujur, dan memang seperti itu faktanya. Mari, saya ajak anda untuk telusuri bersama untuk membuktikan kebenaran tersebut.

Masuknya Covid-19 ke/di Indonesia

Pandemi Covid-19, mulai di Wuhan Chinna, mulai melebar ke mana-mana pada akhir tahun 2019. Sementara itu, ada yang menyebutnya bahwa sudah terdeksi sejak Juni/Juli 2019, karena masa inkubasinya selama +/- 6 bulan, maka pada November dan Desember  2019 baru tersebar ke area publik. 

Apa pun itu, pada akhir 2019 dan awal 2020, sangat banyak orang di berbagai penjuru Bumi masih semarak dengan pesta Tahun Baru tanpa takut mati akibat virus Covid-19.

Minggu kedua Januari hingga awal Februari 2019, di China, Jepang, Korea Selatan, mulai terdeteksi adanya orang-orang yang terdeteksi Covid-19, sementara itu demo di Hongkong berganti dengan menutup akses keluar masuk orang dari daratan China. 

Saat bersamaan, Negara-negara dengan 'lalu lintas orang' (utamanya pada bidang parawisata) dari/dan ke China mulai melakukan antisipasi dan pembatasan; itu dilakukan  agar Covid-19 tak ikut tersebar.

Di Indonesia, khususnya Jakarta masih sibuk dan ramai dengan banjir; bahkan sejumlah agen perjalanan wisata masih beroperasi dari/dan ke China. Melihat gelagat seperti itu, kemungkinan tersebarnya Covid-19 ke Indonesia melalui wisatawan, saya pun menulis tentang Indonesia Harus Mengeluarkan Travel Warning ke Semua Negara yang Terserang Corona.

Awal Februari 2020, wabah di Wuhan menjadi-jadi, Pemerintah melakukan evakuasi WNI dari sana, dan mengkarantinakan mereka di Natuna. Sementara pada bagian lain Negeri ini, utamanya di Medsos, penuh dengan hoaks, cacian, tudingan, umpatan, serta bully terhadap China yang berjuang melawan Covid-19.

Selanjutnya, bagaimana dengan Indonesia?  Hingga semarak Valentine Day, Indonesia masih biasa-biasa saja; tidak ada yang ramai, takut, bahas, atau pun menilai bahwa Covid-19 sebagai ancaman yang mematikan. Semuanya aman-aman saja, hingga pada ada pernyataan pers dari Menteri Kesehatan RI,  Terawan Agus Putranto pada akhir Februari 2020.

Pada waktu itu, Terawan Agus Putranto menjelaskan tentang dua pasien, nomor 1 dan 2, di Indonesia; mereka melakukan kontak fisik dengan WNA Jepang. Mereka pun mendapat perawatan intensif hingga sembuh. 

Maret 20020 hingga hari ini, anda dan saya bisa googling tentang hal-hal yang berhubungan dengan Covid-19; serta sejumlah ketidakbenaran dan kebohongan dari orang-orang yang katanya, sudah mendeteksi corona sejak dini.

Hal-hal Hangat di Jakarta pada Januari 2020.

Sepanjang Januari hingga Februari 2020. Banjir yang melanda DKI Jakarta terjadi pada 1 Januari 2020. Banjir terjadi akibat curah hujan tinggi yang melanda Jakarta dan sekitarnya sejak 31 Desember 2019 sore. Akibtanya, tak terhitung korban benda; sekitar 60 orang tewas akibat bencana tersebut. Gubernur DKI Jakarta sibuk dengan banjir, sambil selalu tampil di TV. Bahkan menyalahkan Pemeritah Pusat dan Gubernur-gubernur sebelumnya sebagai penyebab banjir di Jakarta.

Selain itu, di Jakarta yang belum ada kehangatan tentang Covid-19, para politisi, dan Media, masih ramai dengan konflik Iran dan Amerika Serikat, akibat terbunuhnya Jenderal Iran Qassem Soleimani. Para pendukung Iran dan pembenci AS ikut serta ikutan berkomentar di Indonesia; para politisi, Gubernur DKI, Nitizen, atau Media belum ramai tentang Covid-19.

Jagad maya Jakarta pada Januari 2020 juga ramai dengan kasus Reynhard Sinaga. Kasus kejahatantan seksual oleh Reynhard Sinaga di Inggris, sebetulnya merupakan perkara lama; kasus tersebut terbongkar pada tahun 2017. Dan, selama itu, RS mendekam dalam penjara sambil mengikuti proses pengadilan hingga Januari 2020. Setelah ada keputusan tetap dari Pengadilan Inggris, baru kasus tersebut dipublikasikan secara terbuka.

Sekali lagi, belum ada tanda-tanda bahwa Gubernur Jakarta melakukan langkah-langkah strategis untuk melawan atau pun antisipasi serangan Covid-19.

Jadi?

Ramai dan keramaian Jakarta tentang Covid-19, mulai terjadi pada waktu ada pasien nomor 1 dan 2; setelah itu terdeteksi beberapa klaster di Jawa Barat, yang dikuti dengan kematian sejumlah orang, dan efek kejut yang dilakukan oleh Pemda DKI Jakarta. Semuanya itu terjadi setelah Januari 2020.

Lalu, dari mana Gubernur DKI Jakarta menyatakan bahwa dirinya telah melakukan deteksi atau pun langkah-langkah awal dalam rangka mengatasi Covid-19 di Jakarta?

Setelah memeriksa sejumlah video di YouTube yang memuat pernyataan Gubernur itu pada Januari 2020, tidak ada satu pun pengakuan bahwa dirinya sementara fokus ke Covid-19; justru yang mucul tentang banjir, banjir, dan banjir yang melanda Jakarta dan menewaskan banyak orang.

Nah. Berdasarkan hal-hal di atas, maka, menurut saya, apa-apa yang diucapkan Gubernur DKI Jakarta kepada Media, adalah sangat tidak elok; tidak elok karena ia mengungkapkan hal-hal yang tidak berdasarkan fakta.

Akhirnya, apalah itu yang diucapkan oleh Gubernur DKI Jakarta, saya (kembali) menjadi tidak peduli. Yang menjadi perhatian saya adalah adanya pemimpin yang berintegritas. Intergritas yang dimaknai sebagai mutu, sifat, keadaan yang menunjukkan kesatuan utuh pada seseorang sehingga memiliki potensi dan kemampuan memancarkan kewibawaan dan kejujuran. 

Sebab, tanpa intergritas seorang pemimpin tidak mampu menjalankan atau memperlihatkan kepemimpinannya; dengan integritas, maka seorang pemimpin mampu menata, mengatur, bahkan mengelola jalan atau proses organisasi dengan baik dan benar; ia akan didengar; dan sekaligus mampu memberi solusi serta mendampingi sesamanya yang ia pimpin.

Cukuplah

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun