Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Apa yang Hendak Mereka Raih?

4 Mei 2020   13:05 Diperbarui: 4 Mei 2020   13:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kutipan

Kebencian Politik

Pada dunia politik, sering terdengar kata "Kebencian Politik." Ada banyak pendapat tentang kebencian politik, dan semuanya bisa dibenarkan.

Mudahnya, kebencian politik merupakan sifat, sikap, kata, tindakan yang menunjukkan ketidaksukaan, benci, serta kebencian politisi terhadap yang lainnya; atau politisi membenci politisi lainnya, lawan politik, bahkan, siapa pun yang dituding sebagai pesaing politis dan politik.

Kebencian politik, memang sulit diteorikan, namun terlihat dalam atau pada ucapan, perilaku, tindakan, hingga pengambilan keputusan melalui lembaga politik.

Kebencian politik, juga bisa melahirkan keputusan politik yang menjadikan seseorang atau komunitas tidak dapat mengekspresikan dan menyalurkan aspirasi politiknya, serta hak-hak politiknya dirampas dan diabaikan; termasuk di dalamnya pengekangan terhadap individu dan kelompok sehingga mereka tak mempunyai hak politik.

Politik Kebencian

Politik Kebencian, menurut saya, sisi lain (seperti dua sisi mata uang) dari Kebencian Politik. Dua-duanya menyatu, ada, terlihat pada (dalam diri) politisi atau pun Partai Politik.

Dengan itu, karena adanya Kebencian Politik, maka harus ditindaklanjuti dengan Politik Kebencian. Praktek-praktek politik kebencian, (berdasar Kebencian Politik) terlihat melalui ungkapan pernyataan, orasi, narasi yang bersifat ujar kebencian terhadap lawan politik; apa pun yang lawan politik lakukan (ranah privat, keluarga, politik, politis), selalu atau pasti ditanggapi dengan nada dan irama penuh kebencian, tanpa etika, tak bermartabat, bahkan vulgar. Tujuannya adalah, sesuai makna politik, publik dipengaruhi, diajak, untuk membenci lawan politik; walaupun tak ada alasan untuk 'harus membenci.'

Sumber

=====

Sekitaran Universitas Indonesia, Depok Jawa Barat | Negeri Tercinta ini masih, dan sementara, 'berperang' melawan Covid-19; hampir seluruh elemen bangsa berupaya agar Covid-19 tidak memakan korban (lagi), dan itu telah menunjukan tanda-tanda keberhasilan. Hal tersebut terlihat dari semakin menurunya prosentasi yang positif Covid-19, menaiknya jumlah pasien yang sembuh, serta berkurangnya angka kematian akibat terpapar Corona. Itu merupakan berita yang menggembirakan.

Oleh sebab itu, kita, anda dan saya, patut memberi apresiasi terhadap giat, gerak, langkah Pemerintah untuk melenyapkan Covid-19 dari Bumi Nusantara; dengan cara ikut mendukung dan menjalankan hal-hal yang dianjurkan Pemerintah melalaui Presiden, Gugus Tugas, atau pun Aparat Pemda I dan II. Dengan itu, diharapkan (akan) tercipta kesatuan dan kebersamaan yang erat serta kuat demi memenangkan 'pertarungan' melawan Covid-19.

Faktanya, segenap elemen bangsa dari Pusat hingga Daerah, mendukung dan ikut berkerja keras agar Indonesia bebas dari cengkraman Covid-19. Sayangnya, masih (saja) ada orang-orang (di Indonesia) yang tampil beda; mereka bukannya mendukung, tapi menempatkan diri sebagai 'kelompok yang melawan' apa-apa yang telah dilakukan Negara untuk memberantas Covid-19. Mereka adalah oknum mantan pejabat (terutamanya akibat dipecat), politisi (dan pengikutnya), dan  elite keagamaan.

Dari jejak digital, ternyata mereka, mantan pejabat (terutamanya akibat dipecat), politisi (dan pengikutnya), dan  oknum elite keagamaan, tersebut tidak melakukan apa-apa untuk membantu orang-orang terpapar Corona atau Korban Covid-19 Non-kesehatan. Mereka hanya bisa menyampaikan orasi dan narasi melalui Media (Pemberitaan dan Penyiaran) atau pun menulis di Medsos.

Dan tragisnya, orasi dan narasi tersebut bersifat atau pun mengandung (berdasar dari) Kebencian Politik dan Politik Kebencian; serta menyerang siapa saja, terutama Presiden RI dan Para Menteri. Kemudian, orasi dan narasi seperti tersebar dan disebarkan ke mana-mana melalui Medsos. Lalu, timbul tanya, "Apa yang Hendak Mereka Raih dan Dapatkan?"

Ya. Apa yang hendak diraih oleh mantan pejabat (terutamanya akibat dipecat), politisi (dan pengikutnya), dan  oknum elite keagamaan, sehingga mereka selalu menyampaikan orasi dan narasi Kebencian Politik dan Politik Kebencian? Dan, sepertinya mereka tidak pernah lelah melakukan hal tersebut.

Agaknya, para pelantun irama serta nada Kebencian Politik dan Politik Kebencian tersebut, bertujuan agar (i) terciptanya ketidakpercayaan ke/pada pemerintah, (ii) dan jika hal tersebut terjadi dan merata, maka (bisa) memprovokasi rakyat agar melakukan gerakan-gerakan liar atah bahkan kerusuhan sosial.

Ketika hal-hal itu, saya tanyakan ke beberapa rekan, mereka pun melihat hal yang sama. Dalam artian, ada sejumlah oknum para mantan pejabat (terutamanya akibat dipecat), politisi (dan pengikutnya), dan  oknum elite keagamaan, mungkin tidak berada pada satu kelompok terstruktur, namun menyatukan diri dalam atau memiliki kesamaan tujuan. Sehingga mereka terus menerus menyebarkan orasi serta narasi yang bersifat melawan Pemerintah; tujuannya adalah tercipatanya ketidakstabilan politik yang berujung pada rusuh sosial.

Nah. Oleh sebab itu, jika dugaan di atas benar, maka Polri dan TNI, tentu, sudah siap untuk melakukan upaya-upaya strategis yang mampu meredam ulah para okmum tersebut. Ini adalah langkah yang sangat terbaik.

Selain itu, sebagai anak-anak bangsa, siapa pun dirimu, jika bertemu dan menemukan orasiserta narasi Kebencian Politik dan Politik Kebencian dari oknum-oknum mantan pejabat (terutamanya akibat dipecat), politisi (dan pengikutnya), dan keagamaan di Medsos, maka hanya ada satu jalan yaitu hapus serta tak perlu sebarkan. Dengan cara seperti itu, anda dan saya telah memutuskan mata rantai sebaran orasi serta narasi kebencian; sekaligus mententramkan rakyat.

Cukuplah.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun