Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Area Bawah Tanah Jakarta Sudah Tak Sanggup Menyerap Air

28 Februari 2020   17:13 Diperbarui: 28 Februari 2020   19:24 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jadi? Sesuai dengan pendapat Ketua BMKG Dwikorita Karnawati bahwa, "Kondisi tanah itu kan sudah jenuh air, jadi kapasitas untuk menyerap air juga semakin berkurang. Banjir bisa terjadi meski hujan tidak lebat. Hujan yang tidak lebat tapi berlangsung lama juga bisa menimbulkan banjir."

Vertical Drainase dan Ground Water Reservoir


Walau sudah mendapat pencerahan, saya belum puas; dan meminta penjelasan tentang Vertical Drainase Tanah Reservoir atau Ground Water Rservoir atau Waduk Air Bawah Tanah. Ini yang seru.

Vertical Drainase atau VD, memang ideal dan tak butuh banyak sumur serapan, tidak perlu mencapai ribuan. Lho kok?

VD hanya bisa efektif jika kedalamannya mendekati kerak Bumi atau area vulkanik, katakanlah seperti kawah atau dasar gunung berapi. Artinya, kedalaman VD harus mencapai sekian kilometer; jika sanggup lakukan. Maka, cukup membuat beberapa VD dan saluran air ke VD, maka 1000% Jakarta Bebas Banjir.

Bagaimana dengan metoda Tanah Reservoir atau Ground Water Reservoir atau GWR untuk mengatasi banjir di Jakarta?

Sederhananya, seperti bunker bawah tanah untuk menampung air. Atau pun area bawah tanah yang dapat berfungsi sebagai akuifer atau lapisan bawah tanah yang mengandung air dan dapat mengalirkan air, lapisan tersebut harus berpori atau berongga. Sehingga air bergerak dari rongga ke rongga.

GWR pun bisa dibangun. Tapi, area bawah tanah Jakarta yang labil, dan penuh tiang-tiang pancang serta fondasi pencakar langit, justru tak mungkin membangun GWR. Jika nekad membangun, justru akan berdampak bencana runtuhnya gedung-gedung tinggi.

Walau GWR bisa dimanfaatkan sebagai sumbe air gedung-gedung di Jakarta, sudah terhambat; area bawah tanah Jakarta sudah sempit. Sementara itu, gedung-gedung bertingkat di Jakarta mempunyai sumur sendiri untuk menguras air tanpa kendali. Cara-cara seperti itu, semakin memicu penurunan tanah di Jakarta, (info terbaru: rata-rata penurunan tanah di Jakarta, 5-7 cm per tahun).

Lalu?

Berdasarkan hal-hal di atas, agaknya untuk mengatasi banjir di Jakarta, ikuti kata-kata Presiden Jokowi, "Mau naturalisasi atau normalisasi, semua kali atau sungai harus  dilebarkan," dan didalamkkan. Itu saja kok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun