Tanjung Barat, Jakarta Selatan | Pertengahan Januari 2020 yang lalu, salah seorang dari Lingkaran Gubernur DKI Jakarta menyampaikan gagasan, yang intinya, 'Biarkan Jakarta Tergenang Air agar Terserap Tanah; setelah itu, akan dialirkan ke laut. Jakarta pasti tak kebanjiran lagi.'
Idea menarik: dengan asumsi bahwa area bawah tanah Jakarta, mungkin, seperti lapisan padang gurun, sehingga bisa menyerap jutaan kubik air.
Faktanya? Sejak Desember hingga sekarang, Jakarta tetap kebanjiran, lama surut, air mengalir ke laut, serta bawah tanah tidakJakarta menyerap air karena sudah jenuh.
Dengan demikian, frasa 'Biarkan Jakarta Tergenang Air agar Terserap Tanah; setelah itu, akan dialirkan ke laut. Jakarta pasti tak kebanjiran lagi,' tidak terbukti alias cuma gagasan hampa atau bahkan cuma asal bunyi.
Kondisi Umum Bawah Tanah Jakarta
Saya tetap penasaran dengan frasa 'Biarkan Jakarta Tergenang Air agar Terserap Tanah;' saya pun melakukan diskusi virtual dengan sejumlah teman dan mantan mahasiswa, khususnya mereka yang ikut pada proyek jalan Kereta Bawah Tanah DKI Jakata, pemancangan tiang pancang gedung bertingkat, serta ruang bawah tanah. Hasil yang didapat, sangat luar biasa; serta perlu perhatian semua pihak di Jakarta. Hal tersebut karena,Â
(i) bawah tanah Jakarta bukan berupa batuan keras atau batu cadas,Â
(ii) struktur bawah Jakarta, umumnya sedimen, yang mudah usia atau belum mencapai ribuan tahun,Â
(iii) lapisan bawah tanah Jakarta umumnya berlumpur atau jenuh air,Â
(iv) karena itu, semua proyek atau membangun di bawah tanah Jakarta, misalnya terowongan jalan Kereta, menggunakan mix beton yang sangat berkualitas agar tahan longsor, kedap air, dan tahan gempa.
Simpulan percakapan virtual di atas, membuat semakin yakin bahwa tidak mungkin (lagi) area bawah tanah Jakarta difungsikan sebagai 'serapan cegah banjir.'