Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Gas Mahal karena Kartel Pabrik Tabung dan Impor Gas

30 Januari 2020   11:58 Diperbarui: 30 Januari 2020   17:46 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi
Jaringan Pipa Gas (Tidak) Menjamin Gas Murah

Beberapa tahun yang lalu, ketika program Pembangunan Jaringan Gas Bumi untuk Rumah Tangga dicanangkan, timbul antusiasme publik, bahwa nantinya rakyat Indonesia menikmati gas murah dan berlangganan seperti air dan listrik. Sehingga pengoperasian gas untuk rumah, misalnya PGN atau Perusahan Gas Negara berhasil menarik perhatian pelanggan gas di berbagai kota (lihat di atas).

Tapi, iming-iming PGN bahwa gas alam (yang disalurkan ke rumah) harganya stabil, cuma janji palsu. Seorang pelanggan gas dari PGN di Palembang, yang saya ditemui beberapa waktu yang lalu, justru mengeluh tentang seenaknya PGN menaikkan harga gas (lihat image). Menurutnya, pada waktu itu, biaya pemasangan Rp. 3.600.000, plus satu kompor gas, dan janji harga stabil.

Faktanya, pelanggan gas PGN, servis memuaskan, tak ada keluhan, satu kompor (nyala biru), tidak bisa lebih dari satu kompor; dan PGN menaikkan harga yang mencekik tanpa pemberitahuan. Sehingga, saat ini, pelanggan gas PGN harus membayar, minimal sekitar Rp 200.000.- atau lebih tinggi dari harga LPG 12 Kg. Nah. Apa penyebanya? Sekali lagi, entah lah!

Tapi, jika memperhatikan adanya 'kartel' inpor gas (beberapa waktu yang lalu, beredar video Presiden Jokowi yang 'geram' terhadap mereka yang suka inpor gas ), maka ada kemungkinan, mereka pun ikut 'bermain' sehingga harga gas untuk rakyat, seperti dalam tabung, ikut meninggi.

Jadi?

Dok. Kompas
Dok. Kompas
Nusantara yang memiliki hasil minyak, gas, batu bara, dan kekayaan aneka mineral lainnya, ternyat belum sepenunya 'mempermurah dan dan merpermudah' rakyat menikmati gas, semudah berlangganan air dan listrik.

Memang ada upaya agar segenap rakya Indonesia menikmati 'gas murah,' tapi masih ada sejumlah kendala; namun usaha untuk itu, harus terus-menerus dilakukan. Jadi, saya setuju dengan Presiden Jokowi, sesuai video yang viral, bahwa membangun kilang gas, kurangi inpor. Tapi, menurut saya, harus ditambah dengan segera membangun pipa jaringan gas, basmi kartel tabung gas serta tidak peduli dengan pabrik-pabrik tabung gas.

Gas untuk rakyat, bukan untuk Konglomerat.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun