Dalam arti, mereka juga adalah korban perdagangan manusia; direkrut calo, dan kemudian dijual oleh para pemilik Bar dan Cafe, yang sekaligus mucikari.
Lalu?
Dari kasus di Tuti, di atas, seorang teman lama dari  Tg Priok, ketika saya hubungi, ia mengatakan, itu hanya 'ketiban sial.'  Dalam arti, di  Jakarta banyak Bar dan Cafe seperti itu, tapi terlewatkan oleh aparat.Â
Saya pun mangut-mangut. Jadi, sebetulnya, menurut saya, Polri tidak hanya memeriksa Tuti cs, namun mengembangkan ke area lain, atau merambah ke Bar dan Cafe sejenis agar bisa 'menemukan' korban-korban lainnya.
Semoga
Opa Jappy | Indonesia Hari Ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H