Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seputar Narasi Tepuk Pramuka Anak Sholeh di DI Yogyakarta

14 Januari 2020   09:20 Diperbarui: 14 Januari 2020   10:10 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tangkapan Layar Youtube. Dokpri

Sejumlah kalangan menjadi tersentak setelah narasi tepuk Pramuka Anak Sholeh di DIY menjadi viral serta getar membahana ke mana-mana. 

Beberapa pemerhati pendidikan yang saya hubungi, menyesali kejadian dan narasi seperti itu muncul pada kegiatan pembinaan Pramuka.  Namun, apa mau dikata, narasi itu sudah berkembang sejak Juli 2019.

Model seperti itu, jika dibiarkan maka bisa menjadi akar pahit serta benih yang menumbuhkan pembeda antar sesama anak bangsa, selanjutnya bisa menghancurkan serta merusak hubungan hidup dan kehidupan manusia, bahkan menghancurkan peradaban.

Bagi saya, apa-apa yang dilakukan oleh Kakak Pembina tersebut, sangat tidak elok jika pada bina pramuka, ada kakak Pembina menularkan hal-hal yang tidak seharusnya ke adik binanya. Ini sangat berbahaya bagi bangunan kesatuan berbangsa dan bernegara, bahkan sangat bertolak belakang dengan Pancasila dan UUD 1954.

Solusinya?

Lalu, apa yang seharusnya dilakukan oleh para Pembina Pramuka dari tinggkat Nasional hingga daerah atau Kwarnas hingga Kwarcab?

Kemarin, melalui laman KANAL IHI, saya sampaikan bahwa

Jelas. Bahwa ada Pembina Pramuka, yang seharusnya menjadi teladan dalam membangun Toleransi, Saling Menghargai, Saling Menghormati, justru sebaliknya.

Dengan demikian, agar tidak terulang seperti di DIY, maka perlu evaluasi ulang terhadap para Pembina Pramuka di DIY, bahkan Seluruh Indonesia. Siapa tahu, case di SDN Timuran, DIY tersebut merupakan puncak Gunung Es.

Selain itu, perlu pembinaan terhadap para Pembina Pramuka, mereka, secara terencana atau pun spontan, mengajarkan hal-hal yang menyimpang dari 4 Pilar Utama Berbangsa dan Bernegara serta tidak menyampaikan narasi sentimen SARA.

Tapi, tidak selesai hingga di situ; ada baiknya Kwarcab DIY perlu meng-non-aktifkan Pembina Pramuka yang telah mengajarkan 'tepuk tangan anak sholeh' tersebut, serta melakukan bina berbangsa dan bernegara pada dirinya.

Semoga.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun