Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Nasdem dan Surya Paloh Tidak (Mau) sebagai Oposisi

9 November 2019   14:40 Diperbarui: 18 Juni 2022   21:23 532
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi Kompas
Dokumentasi Kompas
Saat ini, di Jakarta, Partai Nasdem sementara sementara berkongres; ada ratusan atau mungkin lebih dari seribu orang kader Nasdem dari berbagai daerah, berkumpul di Jakarta untuk mengikuti Kongres tersebut.  Tentu saja, bisa dipastikan, peserta Kongres akan mengukuhkan kembali Surya Paloh sebagai pengendali utama Partai Nasdem; dan, ia pun tetap sebagai Ketua Umum.

Lalu, apa yang hendak dicapai atau obesesi politik Nasdem, khususnya Surya Paloh? Itu menjadi pertanyaan publik. Paling tidak, dengan 'sedikitnya wakil' Nasdem di Kabinet, plus Jaksa Agung bukan dari Nasdem, membuat Surya Paloh melakukan manuver politik, walau tidak diakui olehnya, sebagai pesan kepada Jokowi-Ma'arif bahwa dirinya (Paloh dan Nasdem) telah menciptakan 'jarak beda' dengan pemerintah.

Bahkan, beberapa waktu yang lalu, dengan sengaja, Paloh memperlihat kemesrann dengan sejumlah tokoh yang cenderung berseberangan dengan pemerintah. Ia pun pernah berujar bahwa, 'Biarkan Nasdem menjadi Oposisi.'

Semuanya itu, menurut Paloh, adalah sesuatu yang baik-baik saja, tak perlu dicurigai. Karena kedekatan dengan partai-partai di luar koalisi, seperti PKS, sebagai upaya menjaga hubungan baik dengan oposisi, dalam rangka menjaga keseimbangan pemerintah sambil mempertebal komitmen mendukung pemerintah.

Nah. Dengan pernyataan seperti itu, patuhkah Nasdem, khususnya Surya Paloh dicurigai sebagai tokoh yang beroposisi dengan pemerintah? Entahlah.

Agaknya, Surya Paloh telah melihat 'peluang Pasca Jokowi;' sehingga sejak dini, ia berupaya membangun perteman politik dengan siapa saja (dan siapa pun), termasuk merangkul mereka yang ada di luar kekuasaan. Pertemanan tersebut, nanti, pada masanya yang tepat, mungkin saja, akan menjadi koalisi strategis dalam rangka menuju RI 1 dan 2 pada Pilpres 2024. 

Walau seperti itu, Surya Paloh (dan Nasdem), tidak mau kehilangan kedekatan mereka dengan Presiden. Paloh pun berujar bahwa, "Karena ketika nanti ada ujian berat yang dihadapi presiden, jangan-jangan, hanya tinggal Nasdem yang bersama presiden."

Dengan demikian, apa pun yang sementara dibangun dan dilakukan oleh Surya Paloh (sebagai pribadi dan gerbong utama Nasdem) bisa dilihat seacara positip. Karena ia sementara memperkuat diri sebagai 'Salah Satu' pasca Jokowi; dan dengan itu ia (akan) menjadi 'Pusat Di Luar Kekuasaan,' walau bukan sebagai oposisi terhadap pemerintah.

Akhir kata, menurut saya, 'Jalan Paloh' seperti itu, tentu ada baiknya, sehingga menutup kemungkinan munculnya tokoh-tokoh atau orang-orang yang 'Bukan Empat Pilar' pada Pilpres 2024.

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun