Berdasarkan pengalaman saya, (hanya ikut Pemilu tahun 1977, Golput, Pemantau Pemilu, kemudian sejak 2012 rajin di area relawan, Pemilu, Pilkada, Dan Pilpres), semua Pemilu pra-1998 selalu tidak Luber Jurdil serta berbau curang; itu terjadi di mana-mana.
Nah, untuk mereka, terutama generasi yang lahir pada akhir 80an, 90an, dan awal 2000an yang membeo tentang Pemilu Curang, berdasar pengalaman bertahun-tahun, ini ciri-ciri Pemilu Curang.
- Data daftar pemilih tetap yang kacau; misalnya salah jenis kelamin, tahun kelahiran, bahkan orang mati pun masuk DPT
- Panitia Pemungutan Suara hanya dari kelompok politik tertentu; termasuk Badan Pengawas Pemilu
- Mobilitas dan 'Petunjuk' dari aparat agar memilih Parpol tertentu
- Pengarahan pejabat tinggi Negara dan ASN sebagi vote getter
- Keberpihakan pemerintah dan Aparat Keamanan ke Organisasi atau Parpol Peserta Pemilu
- Para saksi (termasuk orang-orang yang dinilai tidak pro-pemerintah) di TPS mengalami hambatan atau dibatasi mengakses hasil perhitungan suara
- Perhitungan suara, hanya informal atau pun asal jadi; karena, sesuai dengan saya lihat sendiri, sementara perhitungan suara berlangsung, ada petugas yang berkeliling ambil form hasil suara; artinya, perhitungan suara yang sementara berlangsung menjadi tak berguna
- Siapa pun dilarang protes mekanisme Pemilu; jika protes, maka dituduh melawan program dan kebijakan pemerintah
- Hasil pemungutan suara, tidak terpublikasi secara terbuka; hasil Pemilu pun, misalnya orang-orang di Parlemen, banyak yang tidak dikenal pemilih
- Rakyat hanya bisa menerima keputusan Pemerintah atau pun Parpol tentang siapa-siapa yang duduk di Parlemen.
Selain hal-hal di atas, sudah ada penetapan target suara di setiap wilayah pemilihan; sehingga apa pun hasil suara di TPS, tidak menjadi hasil yang dihitung atau dilaporkan ke Pusat. Dan masih banyak yang terjadi pada 'Pemilu Curang.'
###
Nah. Semuanya itu bisa terjadi pada konteks 'demokrasi semu,' di hampir di semua Negara yang dikuasai oleh Rezim Diktator, Pemilu hanyalah akal-akalan penguasa untuk memperpanjang kekuasaan. Oleh sebab itu, curang dan kecurangan adalah suatu keharusan.
Adakah ciri-ciri di atas terjadi pada Pilpres RI pada 17 April 2019? Sulit untuk menjawab bahwa semuanya itu (atau beberapa) terjadi.
Karena Pilpres kemarin, diawasi langsung oleh puluhan juta rakyat. Mereka melihat, menghitung, membuat video, take pictures, dan melakukan banyak hal agar semuanya berlangsung dengan baik, lancar, dan aman. Sehingga jika ada kecurangan, maka mudah diketahui, terdeteksi, dan terpublikasi.
Lalu, mengapa ada kelompok yang menyatakan Pemilu, tepatnya Pilpres, curang dan penuh kecurangan?
Jawabannya, kembali ke atas. Mereka menyebut Pemilu Curang dan Pilpres penuh Kecurangan berdasar data dan bukti dari Hamparan Kosong.
Opa Jappy | Indonesia Today
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H