Hasil seperti itu lah, yang membuat seorang warga NTB bereaksi terhadap Gubernur Sumbar; dan sebut sebagai rakyat yang tidak tahu berterima kasih. Mungkin juga, dengan alasan yang sama, Bupati Mandailing Natal mengundurkan diri?
Reaksi seperti itu, mungkin saja wajar, karena hasil Pilpres, untuk sebagian orang, sangat menyakitkan hati. Lihat, catatan Monique Rijkers di FB. Menurutnya,
- NTB. Jokowi bolak-balik ke Lombok saat gempa, merehabilitasi dengan cepat dan memberikan bantuan dana 50 juta / keluarga korban, hanya dipilih sekitar 33%.
- Di Sumbar. Jokowi menyodorkan infrastruktur kereta bandara dan rusun untuk santri tetapi Jokowi hanya dipilih 15%.
- Di Aceh. Jokowi persembahkan tol dan bagi-bagi sertifikat wakaf namun cuma merebut suara 16%
Tapi, sebaliknya, daerah-daerah yang Jokowi 'sedikit memberi,' justru ia menang mutlak; misalnya Bali 92%, NTT 82%, Sulawesi Utara 76%, plus Papua 83%, Papua Barat 75%.
###
Jadi, berdasar hal-hal di atas, utamanya di NTB, membuktikan bahwa apa-apa yang dilakukan pemerintah (atau pun kehadiran Jokowi di area bencana) menjadi tak bermakna; sehingga tidak ada alasan untuk memilihnya pada Pilpres yang lalu.
Dengan itu, apa-apa yang Jokowi lakukan di NTB, bukan sebagai bujukan atau pun pecitraan; serta tidak ada hubungan antara rehabilitasi pasca bencana dan Pilpres.
Tapi, walau seperti itu, apakah mereka di NTB tidak punya hati berterima kasih ke Jokowi, sehingga memilih Jokowi-Ma'ruf pada Pilpres 2019? Jawaban pasti hanya pada diri mereka.
###
Lalu, setelah Pilpres, apakah di NTB akan muncul seperti ucapan Gubernur Sumbar? Agaknya, Jokowi bukan tipe seperti itu, ia tak pernah anaktirikan wilayah tertentu.
Tapi, ada baiknya, pada periode kedua nanti, Jokowi-Ma'ruf lebih memperhatikan wilayah dan rakyat yang membuatnya menang mutlak.
So, jangan memberi mutiara kepada mereka yang tidak tahu menghargainya serta menghormati si pemberi.
Opa Jappy | Kawal Pilpres 2019