Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Ibu Pertiwi Sedang Diperkosa vs Ibu Pertiwi Sedang Berprestasi

8 April 2019   13:20 Diperbarui: 8 April 2019   15:33 594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Perhatikan image di atas,

Kemarin pagi, Prabowo di hadapan para pendukungnya, berseru tentang Ibu Pertiwi sedang diperkosa; tak lebih dari dua jam kemudian, dari area yang jauh, Jokowi mejawab dengan, "Jangan sampai ada yang ngomong ibu Pertiwi sedang diperkosa, yang benar Ibu Pertiwi sedang berprestasi."

Mereka berdua, dalam kapasitas sebagai Calon Presiden, mengucapkan hal-hal tersebut. Prabowo, sekali lagi mengulang (dan ulangi) narasi negatif dan pesimis tentang Bangsa serta Negara. Narasi yang sering atau sudah diucapkan di mana-mana. Kemarin, ketika Kampanye Akhbar, tidak ada hal-hal yang baru, selain adagium 'Ibu Pertiwi sedang Diperkosa.'

Sementara itu, kemarin, di hadapan para pendukungnya, Jokowi selain membantah pernyataan Prabowo, bahwa sekarang Indonesia sementara berprestasi; dan sekali lagi mengajak rakyat agar optimis dan tidak percaya berita hoaks.

#

Jika memperhatikan kata-kata Prabowo bahwa Ibu Pertiwi sedang diperkosa, maka bukan sebagai ungkapan yang inprovisasi atau pun tiba-tiba muncul dari pikiran, kemudian ia ucapkan. Ungkapan Prabowo tersebut, mungkin saja berdasar idea, opini, pemikiran, dan penglihatannya sendiri bahwa semua yang sementara terjadi di NKRI, disamakan dengan pemerkosa yang sementara memperkosa.

Kata-kata yang cukup membuat banyak orang berulang kali berpikir untuk memahaminya; lalu, siapa yang 'memperkosa' Sang Ibu Pertiwi? Jika melihat ciri pelaku pemerkosa, yang biasanya penuh nafsu, tidak berpikir wajar, bahkan seringkali diikuti dengan penyiksaan dan pembunuhan, maka siapa sosok pemerkosa yang dimaksud Prabowo?

Juga, dihadapan pemerkosa, umumnya korban pemerkosaan menjadi tidak berdaya, terpaksa pasrah, tertindas, ketakutan, dan seringkali kehilangan nyawa; apakah memang NKRI seperti itu? Agaknya, Prabowo sudah kehabisan kata-kata yang negatif dan merendahkan Bangsa dan Negara sendiri, sehingga ia menggunakan kata-kata yang sangat, sangat, sangat tidak tepat pada orasi politik dalam rangka merebut kursi nomor satu di RI.

Pada konteks seperti itu, yang terjadi adalah suatu 'teror terbuka' kepada publik. Karena, tidak bisa dibantah kata-kata yang muncul di/pada kampanye, seperti 'bangsa yang buta huruf, kemampuan membaca yang sangat minim, punya ijazah tapi pengangguran, Negara memiliki banyak uang tapi dicuri, kalian adalah wajah-wajah orang susah, Komunis akan berkuasa dan menghancurkan bangsa, bangsa yang kurang berpendidikan, Negara akan hancur, jika saya terpilih, maka .... atau jika saya tidak terpilih, maka .... dan sejenisnya; semuanya itu, hanya menjadikan rakyat yang mendengar (dan melihat) pesimis dan tak berdaya.

Juga, publik di bawa ke suatu area 'penyempitan cara pikir' bahwa dirinya sementara atau tetap ada (dan berada) pada sikon tak bisa serta tidak berdaya jika tetap mempertahankan kekuasaan (misalnya pada Petahana). Jadi, jika mau bebas, maka ganti dengan saya (Yang Berkampanye dan Berorasi), karena saya adalah Solusi, bukan yang lain.

##

Nun tak jauh dari Jakarta, tempat Prabowo berorasi, Jokowi dengan kalem, tenang, bersemangat, dan percaya diri, menyatakan bahwa, "Jangan sampai ada yang ngomong ibu Pertiwi sedang diperkosa, yang benar Ibu Pertiwi sedang berprestasi."  Ya, NKRI memang sementara berprestasi pada banyak bidang, misalnya olahraga, ekonomi, politik luar negeri, militer, tekhnologi informasi, dan masih banyak yang lainnya.

Semua prestasi tersebut, menunjukkan bahwa, kita, rakyat Indonesia tidak dalam keadaan ketakutan, tersiksa, tak berdaya, dan menanti ajal menjemput bagaikan korban perkosaan di hadapan kebrutalan seorang atau gang pemerkosa.

###

Itulah narasi dan orasi dari dua calon presiden RI, satunya selalu menebarkan kata penuh nada pesimis dan merendahkan bangsa; sementara calon lainnya, memberi optimisme dan harapan masa depan yang lebih baik berdasar banyak hal yang dilakukan pada era kekinian.

Apa yang diucapkan (dan dilakukan) oleh Jokowi itu, tak berbeda dengan semangat untuk menyosong masa depan hidup dan kehidupan yang ada pada semua orang dari setiap sub-suku, suku, etnis, dan bangsa. Karena memang tidak ada satu orang pun di muka Bumi, kecuali Prabowo, yang merendahkan bangsa sendiri di hadapan umum.

Bagi semua orang, dari sub-suku, suku, dan bangsa mana pun di Dunia, apa pun yang terjadi, kecintaan dan menyatakan hal positif Bangsa dan Negara, adalah suatu keharusan dan kemutlakan.

####

Akhir kata, saya jadi ingat kata-kata lelehur kami di Nusa Tenggara Timur atau Flobamora (Flores, Sumba, Timor, Rote, Sabu, Alor),

Bo le le bo  Tanah Timor Le le bo

Bo le le bo  Flobamora Le le bo

Bae sonde Bae, Flobamora Lebeh Bae

Baik tidak baik Flobamora lebih baik

Bukankan bisa menjadi

Bo le le bo  Indonesia Le le bo

Baik tidak baik, Indonesia Lebih baik

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun