Survei Lingkaran Survei Indonesia - LSI
- Waktu Survei 18 s.d. 26 Maret 2019
- 1.200 responden
- Wilayah Survei 34 provinsi di Indonesia
- Metode: Multistage Random Sampling, Wawancara tatap muka, kuesioner
- Margin of Error 2,8 %.
Untuk memperkaya analisa Survei, LSI sekaligus Riset Kualitatif dengan methode FGD, Analisis Media, Indepth interview.
FGD atau Focus Group Discussion; merupakan salah satu metode pengumpulan data pada waktu melakukan penelitian sosial. FGD bisa dimaknai sebagai proses pengumpulan data serta informasi yang sistematis mengenai suatu permasalahan tertentu dan sangat spesifik melalui diskusi kelompok.
FGD sebagai cara terbaik untuk mendapat data kualitatif. Karena pada FGD terjadi keterbukaan, kepercayaan, dan memahami persepsi, sikap, serta pengalaman yang dimiliki informan, diskusi intensif, tidak kaku dalam membahas isu-isu yang sangat spesifik.
Sehingga surveyor atau pun peneliti, melalui FGD, mampu mengumpulkan informasi secara cepat dan konstruktif dari peserta yang memiliki latar belakang berbeda-beda, juga bisa memunculkan informasi baru yang penting, menarik, bahkan kadang tidak terduga.
Analisa Media; peneliti atau pun surveyor melakukan telaah holistik terhadap pemberitaan, konten, dan opini yang dipublikasikan pada media terkait hal-hal yang diteliti.
Indepth Interview merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka, dan bebas dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian; dilakukan dengan adanya daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.
####
Hasil Survei
Elektabilitas.
Jokowi-Ma'ruf, 56,8 - 63,2 %
Prabowo-Sandi, 36,8 s.d. 43,2 %
Pemilih Laki-laki.
Jokowi-Ma'ruf, 54,8 s.d. 61,2 %
Prabowo-Sandi, 38,8 s.d. 45,2 %
Pemilih Perempuan.
Jokowi-Ma'ruf, 58,8 s.d. 65,2
Prabowo-Sandi 34,8 s.d. 41,2 %
Pemilih Minoritas, Jokowi-Ma'ruf unggul.
Jokowi-Ma'ruf, 74,5 s.d. 80,9 %
Prabowo-Sandi, 19,1 s.d. 25,5 %
Pemilih Muslim.
Jokowi-Ma'ruf, 55 s.d. 61,4 %
Prabowo-Sandi, 38,6 s.d. 45 %
Pemilih NU, Jokowi-Ma'ruf unggul
Pemilih NU.
Jokowi-Maruf 62,4 s.d. 68,8 %
Prabowo-Sandi 31,2 s.d. 37,6 %
Pemilih Muhammadiyah, PA 212, FPI, ormas Islam Sejenis, pasangan Prabowo-Sandi unggul
Pemilih Muhammadiyah.
Prabowo-Sandi 51,3 s.d. 57,7 %
Jokowi-Maruf 42,3 s.d. 48,7 %
Segmen Usia.
0 - 19 tahun, Jokowi-Maruf 43,1 s.d. 49,5 % Prabowo-Sandi, 50,5 s.d. 56,9 %
Pemilih usia 20 s.d. 29 thn.
Jokowi-Ma'ruf, 48,3 s.d. 54,7%
Prabowo-Sandi 45,3 s.d. 51,7 %
Pemilih berusia 30 s.d. 39 thn.
Jokowi-Ma'ruf, 56,3 s.d. 62,7 %
Prabowo-Sandi, 37,3 s.d. 43,7 %
Pemilih usia 40 s.d. 49, di atas 50 tahun Jokowi-Maruf unggul jauh di atas Prabowo-Sandi.
Segmen Pendidikan.
Pemilih berpendidikan menengah ke bawah, Jokowi-Ma'ruf
Pemilih berpendidikan tinggi (pernah kuliah atau di atasnya), Prabowo-Sandi unggul tipis
Segmen Pelaku Ekonomi.
Pemilih yang ekonomi menengah dan bawah, Jokowi-Ma'ruf
Pemilih ekonomi atas, Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf bersaing atau pun seimbang
###
Pada analisa sebelumnya, saya prediksikan hasil survei CSIS 15-22 Maret sebagai kemungkinan menunjukan hasil akhir Pipres 2019.
Kini, jika memperhatikan hasil survei LSI 18-26 Maret 2019, maka semakin menjelaskan dan menegaskan hasil akhir tersebut. Namun, jika memperhatikan hasil survei LSI maka ada catatan penting, yaitu:
Elektabilitas, Jokowi-Ma'ruf, 56,8 - 63,2 % dan Prabowo-Sandi, 36,8 s.d. 43,2 %.
Elektabilitas kedua pasangan Capres/Cawapres, secara umum sama-sama bergerak naik, tapi Prabowo-Sandi tetap saja tertinggal atau tak mampu melawati Jokowi-Ma'ruf. Padahal, Prabowo-Sandi (dan Tim Pemenangannya) telah melakukan banyak terobosan dalam rangka menarik perhatian publik.
Ketidakmampuan menarik perhatian tersebut, bisa jadi akibat setelah Debat Capres/Cawapres 17 dan 30 Maret yang lalu, adanya sejumlah kasus pelanggaran hukum, hoaks, video berisi fitnah, serta orasi dan narasi ujar kebencian dari para pendukung 02.
Hal itu, semakin diperparah dengan tindak kekerasan oleh rombongan pendukung 02 terhadap pengendara motor yang tak sengaja dekat konvoi kampanye; dan juga menganiaya warga di pinggir.
Selain itu, orasi Prabowo diberbagai tempat bahwa NKRI dalam keadaan sakit parah serta pertahanannya sangat lemah, ikut membuat swing voters tertuju ke Jokowi-Ma'tuf karena memberi harapan baru serta optimis.
Jokowi-Ma'ruf unggul di/pada Pemilih Minoritas: Jokowi-Ma'ruf, 74,5 s.d. 80,9 % dan Prabowo-Sandi, 19,1 s.d. 25,5 %.
Menarik, sebab menurut banyak aktivis advokasi Hak-hak Minoritas, Jokowi (dan JK), belum berbuat banyak di area intoleransi dan sentimen SARA; masih banyak kasus yang terjadi. Tapi, dukungan terhadap Jokowi-Ma'ruf dari Pemilih Minoritas semakin meninggi atau menarik tajam dan cepat.
Hal tersebut, kemungkinan terjadi akibat adanya orasi dan narasi 'kelompok dan tokoh garis keras' di lingkaran Prabowo-Sandi. Mereka, bisa dikatakan, menebar pernyataan agar (nanti, jika menang) ganti Pancasila dengan Idiologi Lain.
Mengganti Pancasila dengan Idiologi Lain itulah yang paling ditakuti atau tidak disukai Kelompok-kelompok Minoritas.Â
Sebab, Kelompok-kelompok Minoritas suku, sub-suku, etnis, agama, golongan, gender, dan lain sebagainya menilai bahwa Pancasila masih paling pas pada interaksi hidup dan kehidupan berbangsa serta bernegara.
Dengan demikian, mereka, Kelompok-kelompok Minoritas tersebut menjadi lebih mantab dengan Jokowi-Ma'ruf.
Dukungan Pemilih NU ke/pada Jokowi-Ma'ruf: Jokowi-Maruf 62,4 s.d. 68,8 % dan Prabowo-Sandi 31,2 s.d. 37,6 %.
Dukungan kuat terhadap Jokowi-Ma'ruf dari Kelompok-kelompok Minoritas dan utamanya NU (dengan Islam Nusantara serta Islam Ramah bukan Islam Marah), agaknya merupakan motivator, support, serta benteng pertahanan terkuat untuk Jokowi-Ma'ruf.
Dukungan tersebut, perlu diperhatikan oleh Jokowi-Ma'ruf, agar pada waktunya, mereka harus lebih banyak berbuat untuk 'Mereka yang Tertindas karena Keminoritasnya.'
Semoga
Opa Jappy | Penggagas Gerakan Damai Nusantara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H