Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

"Melupakan" Basuki Tj Purnama

30 Januari 2019   18:32 Diperbarui: 18 April 2020   16:27 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepekan telah lewat dari 24 Januari 2019, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, sosok yang (tadinya) mendapat perhatian banyak orang bebas dari LP Cipinang (namun ditahan di Rumah Tahanan Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat). Sosok mantan gubernur DKI Jakarta tersebut ternyata tetap ada dalam ingatan para pendukungnya. Mereka tetap merindukannya, sehingga hari kebebasannya pun diingat serta nyaris dirayakan secara besar-besaran.

Sambutan terhadap BTP ternyata sudah dimulai sejak malam 23 Januari 2019, ada sejumlah papan bunga di area terbuka depan gerbang Mako Brimob. Pagi, 24 Januari 2019, pada area yang sama dipenuhi para penyambut BTP, bersama para pewarta dari berbagai media pemberitaan dan penyiaran.

Sekitar jam 09.00 pagi, saya tiba di depan Mako Brimob, berbaur dengan banyak orang yang antusias yang ingin menjadi saksi mata keluarnya BTP dari dalam penjara. Jam atau waktu pun bergulir, namun tidak terlihat mobil atau sosok BTP keluar dari gerbang Mako Brimob. Mereka, yang menanti pun, tetap bersemangat sambil berteriak yel-yel dukungan terhadap BTP.

Bebasnya BTP, ternyata bukan sekedar 'hari pembebasan' dirinya, namun sekaligus merupakan tergenapinya penantian banyak orang.

Ya; mereka adalah, bisa dikatakan, orang-orang yang tidak (bisa) menerima vonis terhadap BTP, dan itu menimbulkan luka-luka bathin yang tetap membekas.

Kira-kira jam 10 pagi, ada informasi bahwa, ternyat BTP sudah tidak ada di Mako Brimob, ia sudah keluar, dan menuju ke rumahnya; dan di sana (akan) ada ibadah syukur. Jadi, BTP keluar dari tahanan, pastinya dengan mobil yang membawanya keluar, tanpa diketahui para pendukungngnya (yang berdiri menanti sejak pagi) di pinggir jalan. 

Sekitar jam 11 pagi, massa penyambut BTP secara berangsur pulang, dan ada juga yang menuju Kali Jodoh - Jakarta Utara. Di tempat ini, sejumlah besar pendukung dan relawan BTP pada Pilkada DKI Jakarta berkumpul sambil reuni merayakan bebasnya BTP. Namun, BTP tidak menampakkan diri kepada para pendukungnya di depan Mako Brimob dan Kalijodoh.

Itulah Ahok atau BTP; itulah Basuki Tjahaja Purnama. Setelah keluar dari penjara, ia tidak mencoba mngobati rasa rindu para pendukungnya, dengan sedikit turun dari mobil dan menyalami atau beri sedikit senyum ke/pada mereka yang menantimya di pinggir jalan depan Mako Brimob. 

Ia mungkin tidak peduli dengan sejumlah besar relawan dan pendukungnya yang ada di Kalijodoh.

Keluar dari penjara, Ahok tetap Ahok, walau hanya mau dipanggil BTP. Dalam artian, ia tetap tidak berubah, atau bahkan tidak peduli dengan orang-orang atau pendukung yang menyambutnya. Mungkin, 'cuek' dan 'tanpa apresiasi' terhadap orang lain, utamanya mereka yang tak ada hubungan kerja, sudah menjadi ciri khas BTP. Apalagi, kini ia sudah menjadi rakyat biasa, dan tidak membutuhkan orang-orang untuk 'meraih' jabatan tertentu.

Padahal, jika BTP mau sedikit meluangkan waktu, maka ia bisa merasakan, menyaksikan, dan ada di antara orang-orang yang merindukannya; mereka berseru nyaring, berteriak, bahkan menangis suka cita karena keluarnya BTP dari penjara, lihat video.


Ungkapan perasaan para pendukung BTP yang terlihat di/dalam video tentu sangat beralasan; mereka masih mempunyai harapan agar BTP kembali ada dan tetap ada di arena serta area politik bangsa. Namun, apakah BTP tahu dan mengetahui semuanya itu? Agaknya, BTP bukan lagi figur yang diharapkan publik. Itu cuma kemungkinan.

Fokus Memenangkan Jokowi - MA

Tidak bisa dibantah bahwa, duet magnit Jokowi-Ahok pada Pilkada yang lalu, menjadikan dua orang tersebut mendapat kedudukan istimewa di hadapan publik. Dan, ketika Jokowi meninggalkan BTP sendiri di DKI Jakarta, ia mampu bertahan hingga beberapa waktu.

Dan, akhirnya berujung di penjara. Walau ditinggalkan Jokowi, dukungan yang diberikan kepada BTP masih tetap ada hingga ia terpenjara dan keluar penjara.

Setelah itu, apakah mereka, mungkin juga anda dan saya (yang sementara baca), melupakan BTP? Tentu, banyak orang sulit melupakan BTP; sebaliknya, banyak orang sudah tidak lagi berharap banyak pada BTP. Lalu, sebaiknya apa yang yang seharusnya para pendukung BTP lakukan?

Melupakan BTP, bagi banyak orang adalah sesuatu yang mustahil; membuat BTP terjun ke area politik dan ada di pihak Jokowi, bisa, namun bukan sekarang waktunya. Oleh sebab itu, ada baiknya militansi terhadap BTP, lepas dari kekecewaan terhadapnya ketika ia keluar dari penjara, hanya bisa disalurkan ke Jokowi - MA.

Dengan demikian yang terjadi adalah, menyatukan perhatian, semangat, kekuatan, giat serta kegiatan dalam rangka memenangkan pasangan Jokowi - MA sebagai Presiden dan Wakil Presiden RI pada Pilpres 17 April 2019. Karena dengan cara itu, bukan saja pendukung BTP di Jakarta, dilakukan oleh seluruh rakyat yang bercita-cita melihat Indonesia yang gilang gemilang di bawah komando Joko Widodo.

##

Opa Jappy | Ketua Komunitas Indonesia Hari Ini - IHI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun