Silahkan simak rekaman audio yang beredar di WA, sepertinya percakapan telpon dua orang, namun dterlihat beberapa keanehan, misalnya,Â
(i) sekarang ini ... coblos nomor satu; frasa ini, seakan-akan yang bicara (seperti pada rekaman), ia sementara melihat kontainer, sudah turun, dibuka satu, isinya kartus suara; ia menyaksikan semuanya termasuk kartu suara yang sudah dicoblos,Â
(ii) katanya ... 10 juta kertas suara; jika di atas, 'orang tersebut' melihat, detik ke 18, justru ia berkata, 'katanya... ;'Â
(iii) detik 26, orang tersebut atau penelpon sampaikan ke lawan bicaranya agar sampaikan ke ... (ucapan nama tidak jelas),Â
(iv) detik 32, penelpon mengatakan bahwa, "Mengirim nomor telpon orangku yang di sana;" ini menunjukkan bahwa, si penelpon tidak ada di lokasi kejadian atau perkara, melain kan orang lain,Â
(v) jangan lu ke kontainer; ini malah, terlihat janggal karena melarang lawan bicaranya agar tidak mendekat ke kontainer
Jika mendengar ulang, sambil memperhatikan kronologis percakapan, memang sangat aneh dan cuma satu orang yang bicara (dan merekamnya) artinya ia tidak memiliki lawan bicara. Sebab, tidak ada satu kata atau pun desahan napas dari lawan bicara.
Atau, bahkan rekaman tersebut dilakukan di/dalam ruangan tertutup. Dan, orang yang menelppon atau sipenelpon, melakukan rekaman berdasar teks yang sudah disiapkan sebelumnya. Itu terbukti dari kelancaran bicara dengan intonansi yang tetap, tidak menurun atau pun menaik.
Rekaman tersebut, seakan-akan benar, dilengkapi dengan foto-foto resolusi rendah, kemudian disebarkan melalui Grup-grup WA. Beberapa menit kemudian tersebar ke mana-mana.
Rabu 2 Januari 2019, pkl 20:05, Twitter @AndiArief, "mohon dicek kabarnya ada 7 kontainer surat suara yang sudah dicoblos di Tanjung Priok. Supaya tidak fitnah harap dicek kebenarannya karena ini kabar sudah beredar".
Rabu 2 Januari pkl 22:06, berita tersebut muncul di laman timesindonesia.co.id; berapa jam kemudian, puluhan Media News Online mempublikasikan berita tersebut. Hingga detik  ini, berita tersebut masul 'lalu-lalang' di Dunia Maya. Ketika berita 'surat suara' tersebut semakin ramai, Andi Arief menghapus kicauannya; mengapa?
Lalu, mengapa Andi Arier langsung 'menyebarkan berita kotak suara?' Bukankah ia mempunyai akses ke berbagai pihak untuk mencari tahu kebenarannya?
Akibat penyebaran berita itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah berkoordinasi dengan Cyber Crime Mabes Polri untuk menindaklanjuti penyebaran hoaks tujuh kontainer surat suara pemilu yang sudah tercoblos.
Laman kompas.com melaporkan bahwa, Ketua KPU Arief Budiman telah memastikan bahwa kabar tujuh kontainer berisi surat suara pemilihan presiden yang sudah dicoblos adalah hoaks. Namun, menurut saya, tidak selesai hingga di situ atau menyatakan sebagai hoaks, tapi harus mengusutnya hingga tuntas.
Bukti permulaan sudah ada. Dari analisis kronologis percakapan dan intonasi suara, si penelpon hanya satu orang, dan berbicara berdasar teks yang sudah disiapkan.
 Sementara itu, isi percakapan pun ditengarai berasal dari salah satu kelompok pendukung Capres/Cawapres. Serta, Andi Arief lah yang pertama pertanyakan di media pemberitaan.
So, kita menanti perkembangan berikut.
Opa Jappy | Ketua Komunitas Indonesia Hari Ini - IHI
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H