Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Selamat Ulang Tahun ke-60 Tahun Provinsi Nusa Tenggara Timur

20 Desember 2018   07:21 Diperbarui: 20 Desember 2018   08:12 1614
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini

Lintasan Sejarah Nusa Tenggara Timur

Ketika negeri ini [NKRI] masih belum tegak berdiri tegak, NTT menjadi bagian dari Propinsi Administratif dengan nama propinsi Sunda kecil. Nama Sunda kecil kemudian diganti dengan nama Nusa Tenggara, berdasarkan peraturan pemerintah No. 21 tahun 1950. Tidak lama setelah itu, tahun 1957  berlaku UU No. 1 tahun 1957 tentang pokok-pokok Pemerintahan Daerah dan dengan UU No. 64 tahun 1958, sehingga  Propinsi Nusa Tenggara dibagi menjadi tiga daerah Swantantra Tingkat 1, yaitu masing-masing Swantantra Tingkat 1 Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Sejak saat itu, 20 Desember 1958, pulau Flores, Sumba, Timor, dan pulau-pulau sekitarnya menjadi salah satu propinsi, dalam/di kesatuan Republik Indonesia.

Lengkapnya, KLIK 

Di bumi Flobamora pula, Soekarno, dalam perenungannya terhadap segenap potensi Nusantara, ia pun simpulkan menjadi Lima Sila pada Pancasila; ya, Pancasila lahir di Bumi Nusa Tenggara Timur.

Dari Rahim Bunda Flobamora pula, terlahir sejumlah Pahlawan Nasional, Jenderal, Profesor, dan local genius, seniman-seniman yang gema karyanya hingga ke Luar Negeri. Dari rahim yang sama, puluhan, atau bahkan, ratusan suku dan sub-suku menyatu diri sebagai 'Orang Timor' yang membela Rakyat, Bangsa, dan Negara Kesatuan RI.

Ya, itulah Nusa Tenggara Timur. Negeri Tua dan jelang uzur, namun 'kemajuannya masih tertinggal jauh di belakang.' Kita, atau siapa pun Orang NTT, di Flobamora dan Diaspora, harus jujur bahwa Kampung Halamannya masih tertinggal; negeri kaya SDM dan SDA, namun gerak majunya sangat pelan, atau bahkan cuma berjalan di tempat.

Bahkan, karena ketertinggalan itu pula, sangat banyak taruna muda dan usia produktif dari NTT bekerja sebagai TKW/I di Luar Negeri; dan sekaligus menjadi korban tindak pidana penjualan orang. Tak sedikit dari mareka kembali ke Kampung Halaman tanpa hidup dan kehidupan atau sudah menjadi jenazah. Ini buktinya, tahun 2018 saja, TKW/I yang kembali ke NTT sebagai jenazah, sudah mendekati 200 orang. Sedih dan menyedihkan.

Semuanya itu juga bisa bermakna, VBL dan Josef, Gubernur/Wagub NTT, harus, harus, dan harus melakukan terobosan, sesuai dengan janji mereka, agar Flobamora mencapai pencapaian yang lebih cepat serta mengejar ketertinggalan.

Oleh sebab itu, ketika Gubernur dan Wagub baru NTT, setelah dilantik oleh Presiden, tiba di Kupang, ribuan massa menyambut mereka; sambutan yang luar biasa karena ekspetasi besar pada mereka. Rakyat NTT ingin, agar Gubernur dan Wagub, bekerja keras,  dengan dukungan mereka, dalam rangka kebangkitan  Nusa tenggara Timur. Suatu harapan yang tidak main-main dan dianggap enteng. 

Tekad Baru, Gubernur Baru NTT

Pada saat itu, Viktor bertekad dan menyatakan bahwa "Kami akan fokus pada lima program, yakni (i) pariwisata, (ii) kesejahteraan rakyat, (iii) sumber daya manusia, (iv) infrastruktur, dan (v) reformasi birokrasi." Dan, yang menjadi fokus utama, menurut Viktor adalah, adalah pembangunan bidang pariwisata. Dengan itu, untuk mendukung program bidang pariwisata, Pemda akan penataan ulang berbagai bidang, termasuk kebersihan dan penataan lingkungan, dan lain sebagainya.

Lengkapnya, KLIK

Ya, Nusa Tenggra Timur harus mengalami perubahan secara besar-besaran; dan tekad di atas, bisa merupakan paduan semua hal yang harus dibenahi oleh penggerak utamanya yaitu Gubernur dan Wakil Gubernur. Selain itu, Gubernur dan Wagub pun harus mengajak para pemimpin rakyat yang selama ini sangat berpengaruh di/dalam masyarakat NTT. Mereka itu, antara lain para radja, manek, fetor, tetua adat, manaleo, dan lain sebagainya. Diakui atau tidak, unsur feodalis dan hormat pada para tetua tersebut, masih kental di/dalam praktek budaya serta hidup dan kehidupan orang NTT; dan kadang, mereka pun bisa menjadi 'pusat perlawanan' terhadap sesuatu yang dinilai tidak sesuai amanat leluhur.

Kini, hari ini, 20 Desember 2018, di sini, ruang sempit nan jauh dari Flobamora, diriku yang sudah lebih dari 40 tahun sebagai Diaspora Flobamora, menatap jauh ke depan, menembus tembok serta jarak, hingga padang sabana serta stepa Flobamora, sambil berbisik pelan Selamat Ulang Tahun ke 60 Nusa Tenggara Timur.

Opa Jappy | Penggagas dan Pendiri Diaspora Kupang di Jabodetabek

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun