Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Gubernur Baru dan Pimpinan Bank NTT yang Baru

17 Desember 2018   18:42 Diperbarui: 6 Mei 2019   08:30 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koran Timor Express

Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur Baru NTT

Beru beberapa bulan, tepatnya sejak 5 September 2018, Viktor Bungtilu Laiskodat-Yosef Nae Soi menjadi Gub/Wagub Provinsi NTT. Mereka berdua termasuk hasil Pilkada Serentak pada beberapa waktu sebelumnya. Sehari setelah dilantik, pasangan ini tiba di Kupang, Ibukota NTT.

Masyarakat dan aparat pemerintah NTT, menyambut mereka berdua, dengan harapan adanya perubahan yang di NTT, setelah 10 tahun tak jelas di bawah Gubernur Frans Lebu Raya. Beberapa hari kemudian, 10 September 2018, Gubernur NTT yang baru, Viktor Bungtilu Laiskodat menyampaikan pidato perdana dalam rapat paripurna istimewa DPRD NTT.

Pada saat itu, Viktor bertekad dan menyatakan bahwa "Kami akan fokus pada lima program, yakni (i) pariwisata, (ii) kesejahteraan rakyat, (iii) sumber daya manusia, (iv) infrastruktur, dan (v) reformasi birokrasi." Dan, yang menjadi fokus utama, menurut Viktor adalah, adalah pembangunan bidang pariwisata. Dengan itu, untuk mendukung program bidang pariwisata, Pemda akan penataan ulang berbagai bidang, termasuk kebersihan dan penataan lingkungan, dan lain sebagainya.

Kehadiran Viktor (kelahiran Februari 1965), yang kini populer dengan sebutan VBL tersebut, oleh sejumlah kalangan bakalan memenuhi harapan publik untuk perbaikkan NTT pada semua bidang. Mereka sebut bahwa VBL seabagai 'pusat kebangkitan NTT.' Karena itu pun sejumlah kelompok muda NTT bertekad ikut ambil bangian dalam apa yang mereka sebut #kawalkebangkitanNTT.

Sumber: Klik

Pidato politik tesebut, diikuti dengan langkah gesit dan cepat untuk memperbaiki sikon NTT, mendapat apresiasi masyarakat NTT di Flobamora dan Diaspora. Semuanya itu karena ekspetasi terhadap kinerja dan 'NTT yang berubah' seperti yang diusung Viktor pada waktu kampanye Pilkada. 

Itulah sebabnya, Viktor memulai dengan 'moratorium sementara'  pengiriman TKW/TKI asal NTT ke Luar Negeri, melakukan langkah perubahan pada ASN di linkungan Pemda NTT, dan menggantikan sejumlah pimpinan BUMD milik Pemda NTT.

Misalnya, PT Flobamora, menurut Viktor, selama 10 tahun terakhir, pendapantannya nol persen; artinya tidak ada kontribusi untuk pendapatan asli daerah (PAD). Viktor pun mengganti para Komisaris dan Direksi PT Flobamora. Hasilnya, memurut salah satu pimpinan PT Flobamora yang baru, Hadi Djawas, dalam tempo tiga bulan, sudah menyumbangkan Rp.500 Juta ke Kas Daerah.

Hal tersebut di atas, juga bermakna bahwa setiap tahun PT Flobamora mendapat tambahan modal APBD atau ada penyertaan modal setiap tahun oleh pemerintah, namun tidak hasil. Lalu, kemana keuntungan perusahan selama ini. Seorang teman memberi pesan ke pada saya, dengan Bahasa Kupang,"Bu pi tanya di alang-alang to;" atau  Kaka bertanya lah kepada rumput alang-alang.

Membenahi Bank NTT

Setelah PT Flobamora, langkah selanjutnya, Viktor membenahi Bank NTT, salah satu Bank Daerah yang kinerja baik di Negeri ini. Kinerja keuangan Bank NTT tahun 2017, (i) asetRp 10,491 Triliun, (ii) Dana Pihak Ketiga Rp 7,012 Triliun berupa Giro Rp 1,690 Triliunm, Tabungan Rp 3,309 Triliun, Deposito Rp 2,012 Triliunm (iii) Kredit mencapai Rp 7,995 Triliun. Dari kinerja keuangan tersebut, pada tahun 2017 Bank NTT memperoleh laba Rp 375 Miliar, melebih tahun 2016 sebesar Rp 322 Miliar. 

Selain itu, ada jumlah kantor kantor Cabang 22 kantor, kantor kas 58 unit, mobil kas 13 unit, dan total jaringan ATM 181 unit. Uniknya,  kemajuan tersebut terjadi tanpa Dirut, karena sejak Setember tahun lalu, Gubernur NTT sebelumnya melalui RUPS Luar Biasa, memecat Dirut Bank NTT Daniel T Dedo.

Walau seperti itu, pada suatu kesempatan, Gubenur NTT, VBL menyampaikan ke/pada jajaran Bank NTT agar tahun 2019, harus memperoleh laba minimal Rp.500 M; para pejabat Bank NTT pun mengaminkan dengan 'wajah asam mans.' Untuk mencapai target tersebut, VBL pun membentuk Tim Seleksi atau Komite Renumerasi dan Nominasi agar menjaring calon pengurus atau pimpinan Bank NTT.

Komite Renumerasi dan Nominasi (KRN) Bank NTT menjaring 12 orang sebagai calon direksi Bank NTT, pada 3-8 Desember 2018. Dari sejumlah nama yang diuji Tim Seleksi, (lihat image di atas), hanya beberapa orang yang disetujui untuk memimpin Bank NTT, termasuk dua orang dari Bank Artha Graha, bank milik Tomy Winata dan sejumlah 'sepatu lars' ada di sana.

Sedangkan, nama-nama lain, menurut informasi, hasil dari KRN tidak dipakai atau dipilih oleh VBL. Tanya, mengapa? Kata Orang Kupang, "Tanyakan lah ke alang-alang yang bergoyang;' dan akan mendapat jawaban.

Tanggapan Berbagai Kalangan 

Ketika VBL membenahi PT Flobamora, nyaris tidak ada perhatian dan pendapat publik, tapi ketika menyentuh Bank NTT, terjadi diskusi panjang di/pada berbagai kalangan di/dan luara NTT, terutama Diaspora Nusa Tenggara Timur. Pasalnya, Bank NTT, termasuk Bank Daerah yang tertua, juga menjadi bank utama di samping BRI di NTT, dan 'menyimpan uang rakyat NTT,' serta, jangan sampai Bank NTT hanyalah sebagai 'ATM untuk Pejabat Pemda NTT.

Hal tersebut, menurut saya, ada benarnya, karena belajar dari sejumlah besar Bank Daerah di Indonesia, Pemda terus menerus menyuntik dana, namun tidak berdampak signifikan bagi giat dan kegiatan ekonomi rakyat. Tentu, Bank NTT tidak boleh seperti itu, kinerjanya harus berbeda dengan Bank Daerah di provinsi lainnya.

Karena adanya nama-nama luar yang memimpin Bank NTT tersebut, muncul komentar dari berbagai pihakl; dan semuanya itu, sebisa mungkin menjadi perhatian pimpinan Bank NTT yang baru, dan juga Gubernur NTT, VBL. Pendapat-pendapat tersebut antara lain,

Bupati Sumba Timur, NTT Gidion Mbilijora mengatakan bahwa "Bank Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) membutuhkan orang yang profesional dalam mengelolanya agar kelak menjadi bank yang hebat dan mandiri dalam melayani kebutuhan masyarakat.  Kita tidak butuh orang dalam atau orang luar, yang penting dia profesional dalam mengelola bank milik pemerintah Provinsi NTT itu."

Lain pula pendapat Amos Corputty dari Kupang, "Masalah Bank NTT yang terjadi saat ini karena salah urus waktu lalu ketika Bank dipimpin direksi lama. Direksi lama yang dipimpin Daniel Tagu Dedo yg sampai saat ini jadi masalah yang berkepanjangan kental dengan politisasi." Jadi, menurut Amos, keinginan baik gubernurViktor Laiskodat untuk membesihkan bank NTT dari penyakit-penyakit agar bank kebanggaan masyarakat NTT ini dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.

Oleh sebab itu, lanjut Amos, dengan mengganti pengurus yang baru entah dari luar atau dari dalam yang penting punya kemampuan yang teruji dalam bidang perbankan balk sebagai Dirut, Dirum dan komisaris demikian juga talon komisaris benar-benar orang yang berpengalaman di bidang perbankan bukan asal-asal pilih karena komisaris adalah sebagai pengawas yang tahu persis seluk beluk perbankan berlatar belakang pindidikan dan pengalaman.

Sementara itu, setelah hasil KRN yang 'rahasia' terbuka ke/pada publik, Keisha M Marthin, yang sementara menyelesaikan studinya di salah satu Sekolah Pasca Sarjana di Jakarta, menyatakan bahwa, "Terlihat bahwa mereka yang mendapat scoring dan value sebagai tertinggi serta terbaik, ternyata tidak diperhitungkan oleh VBL. 

Itu bermakna, fungsi KRN itu, hanya seperti festival atau pun jambore. Sehingga, apa pun hasilnya, yang menentukan penerima hadiah adalah Si Orang Penting atau pendana utama festival atau jambore."

Padahal, lanjut Keisha, "Satu dari lima fokus utama VBL adalah transparansi, lalu di mana transparansinya?" Justru, pada case Bank NTT, VBL telah melakukan 'penggelapan transparansi.

Ketika saya bertanya, KRN hanya beri rekomendasi, dan VBL punya hak menentukan; Keisha pun menjawab, jika seperti itu tak perlu ada KRN, silahkan VBL memilih sesuai selera dan human interes dia. 

Selain itu, menurut Nona Rote tersebut adalah, "Mudah-mudahan, apa yang terjadi dengan penggantian Komisaris dan Direksi Bank NTT, jauh dari Kolusi dan Nepotisme Politik." Nah.

Apa yang diungkapkan Amos, Keisha, berbeda dengan Hadi Djawas, pada salah satu percakapan virtual, menurut Hadi, VBL yang meminta orang Artha Graha masuk Bank NTT untuk membenahinya. Ketika saya bertanya, apakah ada unsur pertemanan, Hadi pun tak bisa menjawab dengan pasti. Berbeda dengan Gidion, Amos, Keisha, Hadi, 

Max Nggadas, praktisi perbankan dari Bank Capital, ketika diminta pendapatnya melalui jaringan percakapan virtual, mengatakan bahwa,

"Menurut saya sebaiknya Bank dilihat sebagai Korporasi. Namun memang penunjukan BOD dan BOC adalah hak pemilik saham atau PS. Mengingat BPD tepatnya Bank NTT, adalah bank yang PS nya adalah Gubernur, Walikota Bupati maka pengaruh politisnya juga tinggi. Sehingga mungkin bisa mencegah hal ini maka proses perekrutan diambil dari orang-orang yang punya kapasiatas dan kapabilitas yang baik.

Ambil dari orang yg memiliki track record yang baik dan teruji mengingat kekhasan dari Korporasi Bank itu sendiri. Pengaruh PS khususnya PSP yaa, pastinya iya. Yang penting orang yg dipilih memiliki kriteria seperti diatas. Jadi Kemampuan, Track Record dan Integritas. Khusunya bagi kami Bankir, kata Integritas seolah menjadi inti dari semua disamping Track Record secara komperhensif."

Mungkinkah Bank NTT atau pun semua Bank Daerah di Indonesia bebas dari kepentingan politik dan politis para pejabat Pemda? Beta sudah bertanya kepada sejuta rumput dan alang-alang, tapi tiada jawaban yang pasti. Jadinya, Silahkan anda menyimpulkan.

##

Jadi, selanjutnya?

NTT menjelang HUT ke 60, 20 Desember 2018, tentu saja seperti seorang kakek atau nenek yang tak berdaya, melainkan semakin maju dan berkembang menuju Nusa Tenggara yang gilang gemilang.

Opa Jappy | Penggagas Komunitas Diaspora Kupang di Jakarta

Artikel Terkait

Makna Korupsi, Kolusi, dan Neptisme

Kolusi

Merupakan persepakatan antara dua [maupun lebih] orang ataupun kelompok dalam rangka menyingkirkan orang [kelompok lain], namun menguntungkan diri dan kelompok sendiri. Biasanya persepakatan itu dilakukan secara rahasia, namun ada ikatan kuat karena saling menguntungkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun