Setelah PT Flobamora, langkah selanjutnya, Viktor membenahi Bank NTT, salah satu Bank Daerah yang kinerja baik di Negeri ini. Kinerja keuangan Bank NTT tahun 2017, (i) asetRp 10,491 Triliun, (ii) Dana Pihak Ketiga Rp 7,012 Triliun berupa Giro Rp 1,690 Triliunm, Tabungan Rp 3,309 Triliun, Deposito Rp 2,012 Triliunm (iii) Kredit mencapai Rp 7,995 Triliun. Dari kinerja keuangan tersebut, pada tahun 2017 Bank NTT memperoleh laba Rp 375 Miliar, melebih tahun 2016 sebesar Rp 322 Miliar.Â
Selain itu, ada jumlah kantor kantor Cabang 22 kantor, kantor kas 58 unit, mobil kas 13 unit, dan total jaringan ATM 181 unit. Uniknya, Â kemajuan tersebut terjadi tanpa Dirut, karena sejak Setember tahun lalu, Gubernur NTT sebelumnya melalui RUPS Luar Biasa, memecat Dirut Bank NTT Daniel T Dedo.
Walau seperti itu, pada suatu kesempatan, Gubenur NTT, VBL menyampaikan ke/pada jajaran Bank NTT agar tahun 2019, harus memperoleh laba minimal Rp.500 M; para pejabat Bank NTT pun mengaminkan dengan 'wajah asam mans.' Untuk mencapai target tersebut, VBL pun membentuk Tim Seleksi atau Komite Renumerasi dan Nominasi agar menjaring calon pengurus atau pimpinan Bank NTT.
Komite Renumerasi dan Nominasi (KRN) Bank NTT menjaring 12 orang sebagai calon direksi Bank NTT, pada 3-8 Desember 2018. Dari sejumlah nama yang diuji Tim Seleksi, (lihat image di atas), hanya beberapa orang yang disetujui untuk memimpin Bank NTT, termasuk dua orang dari Bank Artha Graha, bank milik Tomy Winata dan sejumlah 'sepatu lars' ada di sana.
Sedangkan, nama-nama lain, menurut informasi, hasil dari KRN tidak dipakai atau dipilih oleh VBL. Tanya, mengapa? Kata Orang Kupang, "Tanyakan lah ke alang-alang yang bergoyang;' dan akan mendapat jawaban.
Tanggapan Berbagai KalanganÂ
Ketika VBL membenahi PT Flobamora, nyaris tidak ada perhatian dan pendapat publik, tapi ketika menyentuh Bank NTT, terjadi diskusi panjang di/pada berbagai kalangan di/dan luara NTT, terutama Diaspora Nusa Tenggara Timur. Pasalnya, Bank NTT, termasuk Bank Daerah yang tertua, juga menjadi bank utama di samping BRI di NTT, dan 'menyimpan uang rakyat NTT,' serta, jangan sampai Bank NTT hanyalah sebagai 'ATM untuk Pejabat Pemda NTT.
Hal tersebut, menurut saya, ada benarnya, karena belajar dari sejumlah besar Bank Daerah di Indonesia, Pemda terus menerus menyuntik dana, namun tidak berdampak signifikan bagi giat dan kegiatan ekonomi rakyat. Tentu, Bank NTT tidak boleh seperti itu, kinerjanya harus berbeda dengan Bank Daerah di provinsi lainnya.
Karena adanya nama-nama luar yang memimpin Bank NTT tersebut, muncul komentar dari berbagai pihakl; dan semuanya itu, sebisa mungkin menjadi perhatian pimpinan Bank NTT yang baru, dan juga Gubernur NTT, VBL. Pendapat-pendapat tersebut antara lain,
Bupati Sumba Timur, NTT Gidion Mbilijora mengatakan bahwa "Bank Nusa Tenggara Timur (Bank NTT) membutuhkan orang yang profesional dalam mengelolanya agar kelak menjadi bank yang hebat dan mandiri dalam melayani kebutuhan masyarakat. Â Kita tidak butuh orang dalam atau orang luar, yang penting dia profesional dalam mengelola bank milik pemerintah Provinsi NTT itu."
Lain pula pendapat Amos Corputty dari Kupang, "Masalah Bank NTT yang terjadi saat ini karena salah urus waktu lalu ketika Bank dipimpin direksi lama. Direksi lama yang dipimpin Daniel Tagu Dedo yg sampai saat ini jadi masalah yang berkepanjangan kental dengan politisasi." Jadi, menurut Amos, keinginan baik gubernurViktor Laiskodat untuk membesihkan bank NTT dari penyakit-penyakit agar bank kebanggaan masyarakat NTT ini dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik.