Lintasan Sejarah Nusa Tenggara Timur
Jauh sebelum nama NTT tersebar, gugusan pulau-pulau di selatan Nusantara tersebut telah menjadi perhatian dunia. Harumnya aroma cendana dari Timor telah menerobos sampai Timur Tengah, China, dan Eropa, dan berbagai penjuru bumi. Kekuatan aroma cendana dari NTT terutama Timor menjadikan para pedagang dari Malaka, Gujarat, Jawa dan Makasar, Cina melakukan pelayaran niaga untuk mencapai wilayah sumber cendana. Dan mereka melakukan kontak dagang secara langsung dengan raja-raja di Timor dan pulau-pulau sekitarnya, sang pemilik wilayah dan pemimpin rakyat.
Catatan sejarah dari China, manuskrip Dao Zhi, sejak tahun 1350 dinasti Sung sudah mengenal Timor dan pulau-pulau sekitar, dan salah satu pelabuhan terkenal di Timor adalah Batumiao-Batumean Fatumean Tun Am, yang ramai dikunjungi kapal dari Makasar, Malaka, Jawa, Cina dan kemudian Eropa seperti Spanyol, Inggris, Portugis, Belanda.
Negarakertagama, 1365, mencatat bahwa Timor yang terkenal dengan hasil cendananya merupakan wilayah Majapahit, namum mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri. Ini juga berarti bahwa Timor dan pulau-pulau sekitarnya tidak pernah menjadi taklukan atau sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Majapahit.
Viktor Bungtilu Laiskodat, Gubernur Baru NTT
Beru beberapa bulan, tepatnya sejak 5 September 2018, Viktor Bungtilu Laiskodat-Yosef Nae Soi menjadi Gub/Wagub Provinsi NTT. Mereka berdua termasuk hasil Pilkada Serentak pada beberapa waktu sebelumnya. Sehari setelah dilantik, pasangan ini tiba di Kupang, Ibukota NTT.
Masyarakat dan aparat pemerintah NTT, menyambut mereka berdua, dengan harapan adanya perubahan yang di NTT, setelah 10 tahun tak jelas di bawah Gubernur Frans Lebu Raya. Beberapa hari kemudian, 10 September 2018, Gubernur NTT yang baru, Viktor Bungtilu Laiskodat menyampaikan pidato perdana dalam rapat paripurna istimewa DPRD NTT.
Pada saat itu, Viktor menyatakan dan bertekad bahwa "Kami akan fokus pada lima program, yakni pariwisata, kesejahteraan rakyat, sumber daya manusia, infrastruktur dan reformasi birokrasi." Dan, yang menjadi fokus utama, menurut Viktor adalah, adalah pembangunan bidang pariwisata. Dengan itu, untuk mendukung program bidang pariwisata, Pemda akan penataan ulang berbagai bidang, termasuk kebersihan dan penataan lingkungan, dan lain sebagainya.
Kehadiran Viktor (kelahiran Februari 1965), yang kini populer dengan sebutan VBL tersebut, oleh sejumlah kalangan bakalan memenuhi harapan publik untuk perbaikkan NTT pada semua bidang. Mereka sebut bahwa VBL seabagai 'pusat kebangkitan NTT.' Karena itu pun sejumlah kelompok muda NTT bertekad ikut ambil bangian dalam apa yang mereka sebut #kawalkebangkitanNTT.
Kelor Run
Semangat #kawalkebangkitanNTT itulah yang menjadikan 'semacam gerakan' yang bisa disebut sebagai 'Bersama-sama membangun NTT - Membangun NTT bersama-samam.' Dan, itu harus melibatkan semua elemen masyarakan NTT, semua golongan, suku dan sub-suku, serta siapa pun yang ada di Bumi Flobamora, juga mereka yang ada di Diaspora.
Salah satu kegiatan awal yang dilakukan oleh kalangan #kawalkebangkitanNTT tersebut adalag kelorRun. Di dalamnya, sekaligus merupakan gerakan sosial masyarakat khususnya anak muda NTT, untuk memberikan awareness kepada seluruh masyarakat tentang manfaat pohon kelor yang disebut juga "The Miracle Tree." KelorRun diadakan atau dikemas berupa fun run, pada puncak Perayaan HUT ke 60, 20 Desember 2018.
Mengapa memilih nama kelorRun? Salah seorang anggota panitia, Jefrey Jamba, ketika saya hubungi melalui telepon, mengatakan bahwa, "KeloRun merupakan aksi agar masyarakat NTT memberi perhatian pada kelor, yang mempunyai multi fungsi. Juga sekaligus, sebagai kampanye yang membangun kesadaran masyarakat terhadap manfaat dan pentingnya kelor, [Note: Tentang manfaat Kelor, Klik]."
Dengan demikian, melalui kelorRun, sekaligus merupakan giat dan kegiatan yang bersifat dukungan terhadap program pemerintah Indonesia, dan secara khusus NTT, yaitu Revolusi Hijau. Sehingga menjadikan tanaman kelor sebagai sayuran atau lauk pauk; karena selam selama ini, kelor hanya sebagai  tanaman pagar.
Budidaya dan Festival Kelor
Selain itu, ketika saya bertanya kepada salah satu anak muda dari #kawalkebangkitanNTT, "Apa harapan mereka dari masyarakat terhadap kelorRun? Atau, apakah kegiatan yang sama pada 2019?" Â Atau, sebagai suatu agenda tetap oleh Pemda NTT dan #kawalkebangkitanNTT? Itu belum terjawab.
Namun, menurut mereka, jika pada kelorRun 2018, ada pembagian bibit kelor oleh Gubernur NTT dan Walikota Kupang kepada masyarakat; dan diharapkan, penerima bibit kelor akan menanam di pekarangan dan merawatnya sebagai tanaman multi fungsi, obat serta lauk paut atau sayuran.
Saya pun mengusulkan ke/pada panitia agar kelorRun 2018 dilanjutkan tahun 2019 dengan kelorRun plus Festival Kelor. Karena, melalui pembagian bibit, menanam, dan merawatnya, maka setahun kemudian, katakanlah pada Desember 2019, pohon kelor akan tumbuh sekian meter, berdaun lebat, dan lain sebagainya. Bahkan menunjukkan keindahan tertentu, dan itulah sebagai dasar penilaian pada Festival Kelor.
##
Berdasarkan semuanya itu, maka kelorRun bukan sekedar selesai pada fun run, melainkan menjadi suatu agenda tetap dan berkelanjutan, bahkan juga, nantinya, merupakan salah satu daya tarik pariwisata NTT.
Nah.
#kawalkebangkitanNTT
***
Opa Jappy | Penggagas dan Pendiri Diaspora Kupang di Jakarta
 Note: Mau ikut dan Meliput Kelor Run WA ke +6281286032120