Oleh sebab itu, sejak pertama tampil dalam percaturan politik di Amerika Serikat, Obama selalu mengajak serta istri dan kedua anaknya. Sehingga yang terjadi adalah isteri dan anak-anak Obama sebagai bagian dari supporter yang tak terpisahkan. Maka terciptalah citra "relationship goal" ala Barack Obama yang nyatanya laris manis dan mendongkrak publikasi profilnya sebagai "familyman" berkeluarga harmonis, (meminjam kata-kata dari Hanni Sofia, dari Antara).
Obama memperlihatkan kepada publik AS, bahwa dirinya adalah sosok suami, ayah, dan orang tua, yang walau sangat sibuk dengan politik, namun tetap penuh cintak, kasih sayang pada istrinya, bersih dari skandal, bakan mengayomi anak-anaknya. Sekaligus, menunjukkan sebagai 'inilah American Family;' dan contoh ideal untuk semua keluarga Amerika, dari bangsa atau pun etnis apa pun.
Bahkan, walaupun Obama selalu menampilkan isteri dan anak-anaknya di hadapan publik (termasuk para pengusaha) AS, tapi tidak ada satu pun catatan bahwa terjadi KKN (pada bidang sosial, ekonomi, dan politik) yang melibat keluarga Obama. Obama adalah Presiden, namun isteri dan anak-anaknya adalah 'rakyat biasa' di AS, bukan politisi, penguasa, dan pengusaha.
Sepertinya, proses menjadi pemimpin pada diri Obama, hampir mirip dengan apa yang terjadi pada diri Joko Widodo, sekarang Presiden RI, dan juga Calon Presiden RI pada Pilpres 2019. Ada proses panjang yang Jokowi lewati; bahkan Jokowi pun tidak tahu bahwa, sejak menjadi Walikota Solo, ia telah 'diteropong' oleh sejumlah besar Elite Nasional, dan mempersiapkannya sebagai Presiden RI.
Hal tersebut, saya ketahui ketika ikut dalam beberapa pertemuan terbatas bersama sejumlah tokoh sipil dan militer (aktif dan pensiun) dalam rangka mendukung Jokowi agar menjadi Presiden RI berikutnya. Paling tidak, rekam jejak Jokowi, semenjak ia belum menjadi 'apa dan siapa-siapa,' bersih dari skandal politik, KKN, dan lain sebagainya.
Gaya membawa isteri dan anak-anak ke hadapan publik dari Obama itulah, yang kini ditiru oleh Ir. Joko Widodo, sekaligus meyakinkan publik bahwa dirinya 'pemimpin yang hebat,' di rumah untuk keluarga dan anak-anak. Jokowi secara sengaja telah memperlihatkan betapa urusan keluarga, juga menjadi perhatiannya, dan tidak membiarkan berjakan secara otopilot atau otomatis.
Bahkan, akhir-akhir ini, setelah memiliki cucu, Jokowi tak segan membawa serta semua anggota keluarganya di depan kamera, bahkan kini sang istri, Iriana Joko Widodo, yang pada awal kemunculannya terlihat canggung pada media terlihat semakin rileks menjawab pertanyaan wartawan. Seakan, memproklamirkan bahwa ia telah memiliki semuanya, cucu perempuan sudah, cucu laki-laki sudah, hingga usaha semua anaknya kini bisa membanggakannya.
Bisa saja, apa yang disuguhkan Jokowi kepada publik tersebut, sebagai sosok yang sempurna dalam membangun keluarga. Sebab, banyak orang percaya bahwa mereka yang sukses dalam membina keluarganya punya kecenderungan lebih meyakinkan untuk menjadi seorang pemimpin.
Lebih dari itu, mungkin juga meniru Obama, Jokowi menjauhkan kedua anak lelakinya, Gibran dan Kaesang, bermanuver dengan caranya masing-masing; Jokowi tidak 'membangun dan membuka jalan toll' kepada mereka sehingga mencapai sukses usaha atau ekonomi, atau lainnya. Bahkan menurut Jokowi, Kaesang dan Gibran, sama sekali belum memiliki "feeling" untuk terjun ke dunia politik.
Prabowo Meniru Donald Trump
Donald Trump, Eyang Kakung yang lahir pada 14 Juni 1946 ini, lahir di/dalam keluarga kaya raya, paduan Jerman dan Skotlandia. Ia membangun bisnis tanpa kolusi dan nepotisme, pada bidang property, jasa keuangan, hingga perjudian; dilanjutkan dengan mencoba nasib sebagai politisi dan bergabung dengan partai politik.