Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Presiden Joko Widodo, Banyak Politikus Tak Beretika

12 November 2018   21:14 Diperbarui: 12 November 2018   21:46 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Indonesia Hari Ini

Secara sederhana, politik berarti seni pemerintah memerintah; ilmu memerintah; cara pengusaha menguasai. Makna politik semakin dikembangkan sesuai perkembangan peradaban dan meluasnya wawasan berpikir.

Dalam pengembangan makna, politik bisa berarti kegiatan (rencana, tindakan, kata-kata, perilaku, strategi) yang dilakukan oleh politisi untuk mempengaruhi, memerintah, dan menguasai orang lain atau pun kelompok, sehingga pada diri mereka (yang dikuasai) muncul atau terjadi ikatan, ketaatan dan loyalitas (walaupun, yang sering terjadi adalah ikatan semu; ketaatan semu; dan loyalitas semu).

Politik Kebencian, menurut saya, sisi lain (seperti dua sisi mata uang) dari Kebencian Politik. Dua-duanya menyatu, ada, terlihat pada (dalam diri) politisi atau pun Partai Politik.

Dengan itu, karena adanya Kebencian Politik, maka harus ditindaklanjuti dengan Politik Kebencian. Praktek-praktek politik kebencian, (berdasar Kebencian Politik) terlihat melalui ungkapan pernyataan, orasi, narasi yang bersifat ujar kebencian terhadap lawan politik; apa pun yang lawan politik lakukan (ranah privat, keluarga, politik, politis), selalu atau pasti ditanggapi dengan nada dan irama penuh kebencian, tanpa etika, tak bermartabat, bahkan vulgar. Tujuannya adalah, sesuai makna politik, publik dipengaruhi, diajak, untuk membenci lawan politik; walaupun tak ada alasan untuk 'harus membenci.' [Sumber: Klik]

##

Jika memperhatikan orasi Presiden Jokowi di atas, khususnya bagian, "Setelah masyarakat takut, para politikus itu membuat ketidakpastian, sehingga masyarakat mempertanyakan kebenarannya, dan menjadi ragu-ragu. 

Cara-cara seperti ini adalah cara-cara politik yang tidak beretika. Membuat ketakutan. Masa masyarakatnya sendiri dibuat ketakutan? Itu namanya politik genderuwo, nakut-nakuti, politik genderuwo;" maka tujuan orasi tersebut sangat jelas.

Menurut saya, tujuang pastinya adalah para politisi (dan kelompok-kelompok pendukungnya) yang selalu menyampaikan orasi dan narasi ketakutan dan anti kebijakan pemerintah; bahkan merenurut mereka, segala sesuatu, yang selama ini, terjadi adalah 'penuh ketidakbenaran dan ketidakberesen,' sehingga Negara menuju kehancuran. 

Isi orasi dan narasai ketakutan tersebut, antara lain, (i) ada jutaan anggota Komunis di NKRI Capres, (ii) tenaga kerja asing menguasai lapangan kerja, (iii) sedikitnya 10 % orang menguasai SDA dan Kekayaan Negara, (iv) sementara itu, 99 % rakyat Indonesia hidup pas-pasan, (v) NKRI bakalan lenyap pada tahun 2030, (vi) hutang Negara sudah mencapai ribuan triliuan rupiah, jauh lebih besar dari angka resmi dari pemerintah dan perbankan, dan lain sebagainya.

Mengapa para politisi tersebut 'harus' melakukan kampanye seperti itu? Padahal kampanye merupakan, sederhananya, adalah memberitakan (menyampaikan sesuatu melalui tulisan, gambar, suara dengan berbagai media) daya tarik untuk mendapat perhatian, dukungan, dan pilihan. Isi pemberitaan itu, antara lain kapasitas, kualitas, bobot, prestasi, kelebihan (berdasar data, fakta, arsip, hasil yang telah ada/dicapai), dan keuntungan jika memilih sesuai yang dikampanyekan.

Dengan demikian, jika Presiden menyatakan bahwa, "Sekarang ini banyak politikus yang pandai mempengaruhi, yang tidak pakai etika politik yang baik, tidak pakai sopan santun politik yang baik. Mereka melakukan politik dengan propaganda menakutkan, membuat ketakutan, membuat kekhawatiran, propaganda ketakutan;" maka ada benarnya atau sangat tepat. Karena apa-apa yang mereka sampaikan tersebut sangat terbuka atau terang bederang di hadapan publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun