Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lucu-lucuan Identitas Etnis

7 November 2018   15:34 Diperbarui: 12 Juni 2022   16:47 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ucapan Prabowo dihubungakan dengan dengan kisah anak-anak muda di atas, maka akan seperti ini: Selanjutnya mereka berjalan-jalan hingga soreh, semua lelah; lalu mau menginap di hotel. Tiba-tiba ada yang bicara, "Mas, lu Tampang Boyolali, tak cocok nginap di Hotel Mewah."  Tapi, Mas Boyolali Cuma tertawa, dan berkata, "Enak aja lu; Aku yang bayar penginapannya."

Mungkinkah Prabowo ingin membangun suatu 'identifikasi baru'  bahwa Tampang Boyolali diperuntukan kepada mereka yang miskin dan tak mampu sebagai orang-orang tidak layak menginap di Hotel Mewah? Sehingga nantinya, menjadi sebutan umum dan populer. Kata-kata dari Prabowo tersebut, nyaris sama dengan kata-kata 'rakyat tak jelas,' yang muncul dari (mantan) elite Nasional. Ia menyebut orang-orang atau para aktivis sebagai 'rakyat tak jelas.'

##

Dengan demikian, kedua 'istilah baru' tersebut, Tampan Boyolali dan Rakyat Tak Jelas, sesuai konteks terjadinya atau keluarnya kata-kata tersebut, maka sama-sama menunjukkan ketidakpedulian dan merendahkan orang lain. Yang terjadi adalah, kamu (Rakyat Tak Jelas) yang dengar atau mereka (yang Bertampan Boyolali) lebih rendah dan tak setara dengan yang lainnya.

Walau belakangan Prabowo mengaku heran dengan sejumlah orang yang mempersoalkan pidatonya soal 'tampang Boyolali,' padahal hanya candaan, namun sudah terlambat. Oleh sebab itu, sebagai seorang politisi, ada baiknya lebih cermat dalam menyampaikan kata-kata dalam pidato. Sebab, canda dalam dunia politik memiliki batasan; seorang pemimpin harus cermat dalam mengeluarkan kata-kata.

Secara sadar atau tidak Prabowo telah mempopulerkan sarkas 'Tampang Boyolali,' walau sangat tidak tepat untuk mereka yang berasal dan lahir dari/di sana. Prabowo telah melakukan 'pemaksaan identifikasi' yang (sangat) salah terhadap dan tentang Orang Boyolali, dan itu menjadi hal yang kontraproduktif.

Kini, Prabowo pun lelah mencegahnya agar 'Tampang Boyolali' yang salah kaprah tersebut hilang terbawa angin dan tenggelam di Bengawan Solo.

Mulutmu, Harimaumu

Opa Jappy | Orang Rote dan Relawan Indonesia Hari Ini Memilih Jokowi - IHI MJ

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun