Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lucu-lucuan Identitas Etnis

7 November 2018   15:34 Diperbarui: 12 Juni 2022   16:47 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kanal Indonesia Hari Ini

Dokumentasi Kanal IHi
Dokumentasi Kanal IHi

Kisah di atas, menunjukkan adanya indentikasi kebiasaan (dan mungkin juga profesi dan pola laku) yang sering atau umum dilakukan pada seseorang (dan suku atau sub-sukunya). Katakanlah M dengan jual-beli besi tua; P dan T dengan warung makan; A dan B dengan suka nyanyi; bahkan Arb yang pelit; atau pun Si Otak Rote yang banyak akal dan 'licik.'

Sehingga walaupun tidak semua Orang M jual-beli besi tua, Orang P dan T tidak usaha rumah maka, atau tak semua orang A dan B bisa main musik dan nyanyi, serta ada Orang Rote yang biasa-biasa saja, namun identifikasi (yang telah melekat) tersebut menjadi semacam 'tanda yang melekat.' Jadinya, misalnya dasar Arb lu, dasar P, dasar T, atau pun dasar Otak Rote, walau menyindir dan tak sedap didengar, namun 'diterima' tanpa marah atau pun tersinggung.

Agaknya sarkas bisa juga merupakan kebiasaan menanggapi segala hal atau pun reaksi terhadap hal-hal 'muncul'  berdasar kebiasan atau yang biasa terjadi sebelumnya; dan itu telah diterima secara umum, dan tidak terbantahkan.

Di sampin itu, kata-kata sarkas, karena terjadi dalam konteks keakraban maka tidak boleh dimengerti sebagai suatu pelecehan terhadap suku dan sub-suku atau pun golongan. 

Bahkan, mereka yang memiliki kemampuan memproduksi dan mengelola kata-kata sarkas, umumnya memiliki selera humor yang tinggi, misalnya Warkop atau Indro dan kawan-kawan. Mereka memang bisa melucu di segala kesempatan serta berkomentar tentang segala hal dengan kata-kata yang tidak nterduga dan mengundang gelak tawa.

Lebih dari itu, mereka yang 'hobi' sarkas adalah orang-orang yang kreatif dalam menyusun kata-kata. Mereka bisa memadukan satu kejadian dengan kejadian lainnya; termasuk pandai mengendalikan emosi; tidak gampang baper ataupun sakit hati. Sehingga menanggapi semuanya sukacita, tawa dan canda; dan sekaligus membalas dengan kata-kata yang 'lebih menusuk.'

Tampang Boyolali 

Setelah melihat video 'Tampang Boyolali,' terlihat bahwa audiens tidak begitu banyak, dan ucapan-ucapan Prabowo diikuti dengan tawa para pendengar atau yang melihat ia berorasi. Bisa jadi, audiens tersebut sudah akrab dan biasa mendengar kata-kata Prabowo, sehingga menerima ucapan-ucapanya sebagai sesuatu yang biasa.

Tapi, harus diingat bahwa, Prabowo bukan mengucapkannya di/dalam kelompok 'ngumpul keluarga' atau pun komonitas terbatas, melainkan pada pembekalan atau pun sosialisasi sebagai seorang Calon Presiden. Artinya, para pendengarnya adalah orang-orang dengan aneka ragam latar belakang, tingkat, strata, dan profesi; bahkan diliput oleh sejumalah Media Pemberitaan dan Penyiaran.

Apalagi dengan mimik serius, dan berkata, "Saya yakin kalian tidak pernah masuk hotel-hotel (mewah) tersebut, kalau kalian masuk kalian pasti akan diusir karena bukan tampang orang kaya. Tampang kalian ya tampang-tampang Boyolali."  Saya, pastikan bahwa kata-kata Prabowo tersebut bukan canda, sengaja melucu, dan apalagi sarkas. Lalu, apa pesan yang ingin disampaikan oleh Prabowo? Hanya dia yang tahu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun