Nah. Jika kecenderungan pilihan politik seperti itu, maka para Tim Pemenangan Capres dan Cawarpres layak waspada serta berhati-hati. Ada baiknya, ketika melakukan sosialisasi dan kampanye, perlu memperhatikan banyak hal. Misalnya,
Kejujuran Informasi
Ini sangat Penting dan Utama. Dengan asumsi bahwa umumnya generasi milenial mengusai dan bersahabat dengan IT, maka mereka biasanya (sangat) mudah mencari kebenaran informasi (yang didapat dari orangt lain atau siapa pun) melalui perangkat informasi miliknya. Katakanlah, jika ada informasi yang berlebihan, tidak masuk akal, terlihat bombabtis, diragukan kebenarannya, maka mereka akan melakukan 'searching atau googling' untuk mengetahui kebenaran atau validitasnya.
Jadi, ketika para Tim Pemenangan menyampaikan orasi, narasi, meme, spanduk, atau apa pun yang bersifat kampanye, maka lakukan lah itu dengan jujur, penuh kejujuran, sesuai fakta dan data, dan juga tidak melaukan penyesatan publik. Sebab, kesalahan, penyimpangan, dan kebohongannya dengan cepat akan diketahui oleh publik.
Ini sekedar contoh. Beberapa hari yang lalu, beredar (di Medsos, dan saya dapat melalui Grup WA) daftar silsilah salah satu Capres; pada daftar tersebut, menyatakan bahwa Sang Capres adalah keturunan pangeran atau pun pejuang. Dalam tempo menit, beberapa anggota grup WA memposting ketidakbenaran silsilah tersebut. Ada lagi; salah satu Cawapres menyatakan bahwa dua minggu sebelumnya, ia naik Lion tujuan Pangkal Pinang; dalam tempo menit, nitizen sudah menyampaikan bawah pengakuan Cawapres tersebut adalah boohong.
Mengapa mereka dengan cepat bisa mengetahui kebohongan, penyimpangan, atau ketidakbenaran orasi serta narasi tersebut? Jawabnya sederhana, mereka menguasai IT dan mudah mengakses jejak digital. Â
Berdasarkan itu, maka para Capres dan Cawapres harus lebih arif, jujur, dan hati-hati jika (ingin) menyampaikan sesuatu yang bersifat data serta fakta. Sebab, kemudahan generasi milenial mengakses informasi, bisa membuat para Capres/Cawapres malu jika mereka bohong.
Â
Efektifitas dan Cepat Mengambil Keputusan
Generasi Milenial membutuhkan pemimpin yang tegas, bicara berbasis data dan IT, terukur, dan tidak memanipulasi angka-angka; mereka yang melakukan sesuatu berdasar analisis, dan hasil dari 'menurut saya bukan karena perintah.' Â Tentu berbeda dengan kepemimpinan (termasuk politik) sejak 1999, yang sebelumnya dipegang oleh para pemimpin karier, rata-rata merupakan kepemimpinan konvensional.
Generasi melenial melihat korupsi dan kelambanan sebagai faktor ketidakmajuan dan musuh besar; mereka pun tak nyaman dengan birokrasi kaku dan pembelengguan kreativitas bekerja dengan banyak aturan membosankan; tidak nyaman dengan generasi yang terlalu banyak pertimbangan dan takut bertindak serta gaptek .