Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Luhut B Panjaitan Vs Tokoh Senior

12 Juli 2018   13:42 Diperbarui: 12 Juli 2018   13:56 1116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Kompas Com

Lepas dari Luhut B Panjaitan sebagai salah satu menteri, jika ia bicara sebagai rakyat biasa pun, saya aminkan kata-katanya. Sebab, apa yang disampaikan oleh Luhut B Panjaitan, boleh dikata merupakan 'mewakili suara rakyat' yang tidak menyukai pemimpin mereka (dhi. Presiden Joko Widodo) mendapat kritik (yang tak berdasar) penuh ketidak jujuran, dari Sang Tokoh Senior itu.

Menurut saya [segenap] Rakyat Indonesia masih menjunjung tinggi nilai-nilai moral serta etika berbangsa dan bernegara, termasuk di dalamnya menghormati, menghargai para pemimpin, serta mendoakan mereka bisa menatakelola pemerintah dengan baik dan benar. Oleh sebab itu, siapa pun, jangan memprovokasi dengan kata-kata bohong, tanpa fakta serta tidak jujur, fitnah, dan penistaan, karena hal-hal tersebut hanya mencipatkan kerusakan, kehancuran, juga chaos sosial.

Jadinya, pernyataan Luhut B Panjaitan di atas, bukan hanya tertuju kepada Sang Tokoh Senior, khususnya Amien Rais, namun juga kepada segenap anak bangsa yang masih mencinta damai perdamaian.

Lebih dari pada itu, marilah, secara bersama-sama membuang kebencian dari dalam hidup dan kehidupan. Karena jika ada Kebencian Politik, maka harus ditindaklanjuti dengan Politik Kebencian. Praktek-praktek politik kebencian, (berdasar Kebencian Politik) terlihat melalui ungkapan pernyataan, orasi, narasi yang bersifat ujar kebencian terhadap lawan politik; apa pun yang lawan politik lakukan (ranah privat, keluarga, politik, politis), selalu atau pasti ditanggapi dengan nada dan irama penuh kebencian, tanpa etika, tak bermartabat, bahkan vulgar. Tujuannya adalah, sesuai makna politik, publik dipengaruhi, diajak, untuk membenci lawan politik; walaupun tak ada alasan untuk 'harus membenci.'

Opa Jappy | Penggagas dan Ketum Komunitas Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun