Rabu, 11 Juli 2018, agaknya Menteri Koordinator Kemaritiman, Luhur B Panjaitan sudah hampir kehilangan sabar dan kesabaran terhadap kata-kata dari salah satu Tokoh Senior di Indonesia; sehingga pada acara Sarasehan Nasional: Belajar dari Resolusi Konflik dan Damai Maluku, menyatakan bahwa,
"Saya sedih karena ada tokoh senior yang tak jujur menilai Presiden Joko Widodo dan kinerjanya. Mengapa banyak bohong? Kenapa bohongi rakyat?
Tokoh tersebut belum pernah duduk di pemerintahan. Tokoh yang ngomong itu asal aja ngomong. Kami sama-sama tua, aku kepala tujuh, kau kepala tujuh.
Tokoh tersebut kerap melontarkan kritik kepada Jokowi dan pemerintah. Kritiknya meliputi utang pemerintah yang menggunung, hingga tenaga kerja asing terutama dari China.
Ia tak jujur karena mengkritik Jokowi dan pemerintah tak disertai dengan data yang valid. Misalnya, menyebut ada 10 juta tenaga kerja China di Indonesia. Emang kita gila apa? Dari mana? Katanya datang diam-diam. Emang negara kita ini banana republik apa?'
[Sumber Kompas]
Anda mungkin sudah tahu tentang siapa 'Tokoh Senior' tersebut; ya, benar, saya pun setuju dengan apa yang anda pikirkan dalam hati.
Tokoh tersebut, saya nilai, dan juga menurut penilaian banyak orang, sejak tampil di Perpolitikan Indonesia, ia selesai sebagai Ketua MPR; selebihnya ia hanya menjadi oposisi tak cerdas; ia tak memberikan kontribusi apa pun pada Bangunan Demokrasi Pancasila.
Pada sikon itu, ditambah dengan adanya kebencian politik terhadap Ir Joko Widodo, Amien Rais selalu dan terus menerus mencela pemerintah; lucunya lagi ia hanya menyebut Joko Widodo (Presiden RI), dan tak sekalipun menyinggung nama JK (Wakil Presiden RI).
Kritik dan kritisi (bahkan cenderung fitnah) terhadap pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo, itulah membuat sangat banyak orang tidak menaruh simpati dan tak mendengar 'suara miring' Amien Rais.
Dengan demikian, apa-apa yang diungkapkan oleh Luhtu B Panjaitan tersebut, menurut saya, sudah tepat dan benar.