Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Oposisi Membisu

14 Mei 2018   21:18 Diperbarui: 29 Juni 2022   11:09 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berdasarkan semuanya itu, saya menilai bahwa, politik di Indonesia, yang diwarnai dengan Opisisi yang Tidak Cerdas, hanyalah upaya untuk meraih keuntungan (bukan saja untuk diri sendiri, namun menjalar ke/pada semua nepotir). 

Dengan demikian, yang terjadi adalah investasi melalui politik dan kegiatan politik, sehingga ketika kekuasaan dapat diraih (melalui kegiatan politik), maka ada upaya untuk menarik kembali investasi yang telah ditanam, sekaligus keuntungan yang berlipat ganda.

Dalam kerangka itu, Parpol yang menyebut diri Oposisi, membiarkan dan membolehkan sedikit oknum (Parpol Oposisi) mengkritik Pemerintah secara tajam dan tak cerdas. Sementara yang lainnya berkoalisi dengan Parpol Pendukung Pemerintah  dalam rangka meraih kuasa dan kekuasaan.

Jadi, sebetulnya, jika mau jujur maka tak ada Parpol Oposisi di Negeri ini. Lalu, bagaimana dengan Politisi (menyebut diri Oposisi) yang mengkritik, menfitnah, dan menyampaikan pernyataan yang sangat tidak bermartabat terhadap Kepala Negara? 

Menurut saya, mereka bukanlah bersuara sebagai Oposisi, namun penghina Kepala Negara; dan seharusnya diproses sesuai Undang-undang yang berlaku di NKRI.

So, jika sebagai Oposisi, maka jadilah sebagai Opisisi yang Cerdas dan Bermartabat. Jangan menjadi politisi karbitan yang tidak memiliki perhatian yang holistik permasalahan dan pergumulan rakyat. 

Politisi seperti itu, sebetulnya menunjukkan bahwa dirinya tidak mampu dan ketidaktrampilan berpolitik. Ia hanya mempunyai motivasi untuk mencari untung dari kedudukan serta kekuasaan politik, dalam rangka memperkaya diri sendiri sekaligus mencari nama.

Politisi seperti itu, tidak mempunyai kepekaan terhadap permasalahan dan pergumulan umat manusia atau masyarakat luas. Jika ada yang ia perjuangkan, maka hanya memperhatikan atau demi kepentingan orang-orang tertentu seperti yang se-golongan, se-ras, se-agama dengannya, di luar itu adalah yang lain; dan biarlah Yang Lain mengurus yang lain atua malah tak terurus.

Marilah berpolitik dengan cara cerdas

Opa Jappy | Indonesia Hari Ini

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun