Ibu Indonesia
Aku tak tahu Syariat Islam
Yang kutahu sari konde ibu Indonesia sangatlah indahLebih cantik dari cadar dirimu
Gerai tekukan rambutnya suci
Sesuci kain pembungkus ujudmuRasa ciptanya sangatlah beraneka
Menyatu dengan kodrat alam sekitar
Jari jemarinya berbau getah hutan
Peluh tersentuh angin lautLihatlah ibu Indonesia
Saat penglihatanmu semakin asing
Supaya kau dapat mengingatKecantikan asli dari bangsamu
Jika kau ingin menjadi cantik, sehat, berbudi, dan kreatif
Selamat datang di duniaku, bumi Ibu IndonesiaAku tak tahu syariat Islam
Yang kutahu suara kidung Ibu Indonesia, sangatlah elokLebih merdu dari alunan azan mu
Gemulai gerak tarinya adalah ibadah
Semurni irama puja kepada Illahi
Nafas doanya berpadu ciptaHelai demi helai benang tertenun
Lelehan demi lelehan damar mengalun
Canting menggores ayat ayat alam surgawiPandanglah Ibu Indonesia
Saat pandanganmu semakin pudar
Supaya kau dapat mengetahui kemolekan sejati dari bangsamuSudah sejak dahulu kala riwayat bangsa beradab ini cinta dan hormat kepada ibu Indonesia dan kaumnya.
Catatan Opa Jappy
Tentang Aku. Siapa Sang Aku dalam Ibu Indonesia. Ada beragam pendapat tentang Si Aku tersebut. Namun, jika melihat dari struktur dan kronologis Ibu Indonesia; maka yang dimaksud dengan 'Aku' adalah Sukmawati, Sang penulis.Â
Tapi, bisa berkembang jika pembaca, misalnya anda atau saya, mengidentifikasikan diri ke/dalam 'Sang Aku' pada puisi tersebut.Â
Katakanlah, 'Aku' (yang sementara baca) masuk dalam gagasan, idea, pemikiran Sang Penulis; dan 'dari dalam sana,' aku pun berkata, "Aku tak mengerti dan tak tahu apa-apa."
Dengan itu, 'Sang Aku' bisa tertuju pada siapa saja; atau siapa pun bisa menjadi 'Sang Aku.' Sehingga, kita adalah Sang Aku, dalam kelebihan dan kekurangan; dalam ada dan ketiadaan.
Ibu Indonesia. 'Aku yang Tak Tahu Apa-apa' tersebut, seakan berkata kepada semua atau siapa pun tentang Ibu Indonesia. Suatu ajakan kepada siapa pun agar melihat 'Ibu Indonesia.' Ibu Indonesia yang mempunyai berbagai kelebihan. Dan, semua kelebihan itu terbentuk karena terlahir seperti itu, bukan karena sentuhan dari luar dirinya.
Sang Aku yang Melihat  'Ibu Indonesia.' Sang Aku, yang tidak tahu apa-apa atau terbatas pengalaman dan pengetahuan  tersebut, seakan berkata (dengan lirih) 'Aku tidak tahu yang lain, yang hanya kutahu adalah
- keindahan mahkota 'Ibu Indonesia' yaitu rambut yang terurai
- keindahan kain dan kebaya 'Ibu Indonesia'
- kecantikan alami 'Ibu Indonesia'
- senyum persahabatan dan keramahan 'Ibu Indonesia'
- kerajinan, keterampilan, kecekatan jari-jari tangan 'Ibu Indonesia'
Dalam sikon ketidaktahuannya, 'Sang Aku' pun tetap mengajak 'Ibu Indonesia' aktif dan bertumbuh secara spiritual; spiritualitas yang bisa menemukan dan bertemu Sang Pencipta melalui ungkapan hati, nyanyian alam, dan doa-doa yang tertuju kepada-Nya.
'Sang Aku' pun mengajak semua untuk (kembali) menaruh hormat ke/pada 'Ibu Indonesia.' Menghormati, mengasihinya, dan menghargainya dalam kelebihan dan kekurangannya.
Lebih dari itu, 'Sang Aku,' dalam ketertundukan malu karena ketiadaaan mengertinya, tetap belajar untuk mengerti dan memahami semuanya; semuanya yang sementara terjadi pada 'Ibu Indonesia.'
Akhir kata, menurut Sukmawati,
"Makna yang terkandung dalam Ibu Indonesia adalah bentuk penghormatan kepada Ibu Pertiwi Indonesia.
Pertiwi yang kaya dengan tradisi, kebudayaan, serta susunan masyarakat Indonesia begitu berbhineka namun tunggal ika."
Ibu Indonesia telah dibukukan dalam buku Kumpulan Puisi Ibu Indonesia, 2006.
Opa Jappy
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H