Mohon tunggu...
Opa Jappy
Opa Jappy Mohon Tunggu... Konsultan - Orang Rote yang Bertutur Melalui Tulisan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

http://jappy.8m.net

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Sabar walau Hanya 15 Detik

28 Februari 2018   09:28 Diperbarui: 28 Februari 2018   11:26 715
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Saat itu, Senin 26 Februari 2018, saya berjalan ke arah 'Kompos' dari Stasiun KA Universitas Pancasila, ketika (menanti lampu hijau) mau menyeberang jalan, melihat langsung seorang pemotor (yang sementara berhenti) ditabrak dari belakang oleh motor lainnya. 

Kecelakaan kecil ini sempat membuat macet. Untungnya, korban tabrakan tak mengalami luka-luka yang berarti. Kedua pemotor dibawa ke tepi jalan; dan memeriksa kerusakan. Mereka mengaku salah. Saya pun berkata kepada Si Penabrak, "Makanya, perhatikan lampu lalu lintas; jangan main ngebut sembarang, sabar dikit napa sich!" Tak lama kemudian, Penabrak dan Ditabrak, bersalaman dan meninggalkan tempat.

Saya pun cukup lama berhenti, sambil memperhatikan, apa yang sebenarnya terjadi, sehingga terjadi 'tabrakan' atau 'ditabrak' di area Lampu Lalu Lintas dan 'Zebracross?' Ternyata, nyala lampu lintas hanya 15 detik; berarti pengemudi mobil dan pengendara motor memiliki waktu untuk bersabar 15 detik, agar pejalan kaki (bisa) menyeberang jalan. Sayangnya, mereka tak bisa menunggu dan sabar selama 15 detik.

Melihat hal tersebut, saya membuat video selama kurang dari 5 menit; terbukti bahwa cukup banyak pengendara motor dan pengemudi mobil (termasuk mobil mewah) tidak bisa menahan diiri, walau, cuma lima belas detik.

Fungsi Lampu Lalu Lintas

Menurut UU no. 22/2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Lampu Lalu Lintas merupakan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas, adalah tiga lampu dengan warna berbeda (merah, kuning, dan hijau) terpasang di persimpangan jalan, tempat penyeberangan pejalan kaki, dan arus lalu lintas lainnya.

Fungsinya sudah jelas, saya yakin semua orang mengerti dan tahu, antara lain, isyarat agar semua kendaraan berhenti, hati-hati atau siap-siap, dan jalan (kembali). Ketika saat kendaraan berhenti (sesaat berhenti sesuai durasi waktu yang telah diprogram), maka ada kesempatan untuk orang atau pun kendaraan berjalan (di depan). Umumnya, secara universal, durasi waktu nyala Lampu Lalu Lintas tersebut antara 15 detik hingga dua menit, paling lama 3 atau 4 menit.

Memberi Kesempatan ke Pejalan Kaki

Pada video di atas, lokasi Lenteng Agung Jakarta Selatan arah Depok, durasi lampu hanya 15 detik tersebut, karena lebar penyeberangan memang tidak lebar, namun padat; dan kendaraan dari arah Jakarta  cukup padat. Sehingga, kira-kira 100 meter sebelumnya sudah ada petunjuk 'di depan ada Lampu Lalu Lintas dan Penyeberangan Orang,' ini bermakna kendaraan harus siap dan waspada atau hati-hati. Sayangnya, itu tak terjadi.

Walau lampu hijau menyala, tak sedikit kendaraan yang melaju atau terus berjalan; mereka seakan buta dan tak peduli dengan pejalan kaki yang menyeberang jalan. Padahal, ketika lampu merah menyala, diikuti dengan suara (beep-beep-beep) akan terdengar hingga warna hijau muncul.

Perlu Edukasi Publik

Sikon seperti itu, ternyata tak hanya terjadi di satu tempat; pada hampir semua lokasi  (di Jakarta) Lampu Lalu Lintas yang dipadu dengan zebracross misalnya di Jl Kebon Sirih Jakarta Pusat, Jl Ampera Jakarta Selatan dan lain-lain, bahkan di depan sejumlah sekolah di Jakarta Selatan, juga sama. Pengendara Motor dan Pengemudi Mobil tidak sabar menunggu waktu (isyarat) lampu hijau menyala agar mereka berjalan (kembali). Mengapa seperti itu?

Jika menyatakan mereka 'bodoh dan tak tahu makna warna-warna Lampu Lalu Lintas,' tentu itu adalah suatu kekeliruan.  Lalu? Semuanya itu terjadi karena, menurut saya, selain tidak sabar, pengendara motor dan pengemudi mobil tidak memiliki kesadaran berlalu lintas yang baik dan benar, serta tidak peduli kepada pejalan kaki. Bagi mereka, kepentingan pribadi dan tergesa-gesa, ingin cepat sampai, lebih penting dan utama daripada menghargai serta memberi kesempatan pada pejalan kaki.

Oleh sebab itu, para pengendara motor dan pengemudi mobil, yang melanggar nyala Lampu Lalu Lintas, perlu mendapat edukasi ulang tentang berlalu lintas yang baik dan benar. Caranya, gampang, namun membuat Pak Polantas agar repot, yaitu 'tilang atau menilang' mereka, kemudian memberikan pencerahan ulang tentang fungsi Lampu Lalu Lintas.

Nah.

Opa Jappy

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun